Page 413 - Mozaik Rupa Agraria
P. 413
menjadi pertanyaan bagi komunitas lain di lingkar FKMA dan
Aliansi 5 Komunitas DIY (kecuali Komunitas Tionghoa). Upaya
koreksi yang dilakukan relawan FKMA tidak membuahkan hasil,
bahkan mempertajam posisi politik mereka dengan PPR dan
Mahasiswa Pembebasan sebagai sesama pendamping Komunitas
Gumuk Pasir. Panggung Rakyat tetap berlangsung meriah
meskipun hanya dimeriahkan oleh satu dari enam komunitas
undangan, yaitu Komunitas Tionghoa. Seusai acara, Aliansi Politik
menyepakati agenda aksi massa ke Jakarta, sehubungan dengan
agenda GEDOR. Aliansi Politik lintas kelas sosial itu terbentuk
seiring dengan adanya agenda saling memanfaatkan satu sama
lain. Masing-masing mempunyai agendanya sendiri dalam Aliansi
Politik itu.
Komunitas Tionghoa membutuhkan dukungan massa
Komunitas Gumuk Pasir untuk memperoleh hak milik atas tanah.
Mereka tidak berbasis massa, hanya berbasis dana. Elit Komunitas
Gumuk Pasir menyanggupi untuk memberikan 200 tanda tangan
anggotanya kepada Komunitas Tionghoa.
Kelompok PPR/Pembebasan/GEDOR butuh eksistensi untuk
agenda politik gerakan, terutama membangun kepercayaan
antarjaringan yang dekat kekuasaan. Momentum 24 September
2016 akan menjadi kesempatan untuk membangun posisi tawar
dengan Kantor Sekretariat Presiden dan KOMNAS HAM dalam
kasus rencana penggusuran warga Bukit Duri di Jakarta. Mereka
membutuhkan basis massa terbayang yaitu Komunitas Gumuk
Pasir, dan sebaliknya Komunitas Gumuk Pasir membutuhkan
ekskalasi isu penggusuran ke Jakarta (mereka terinspirasi dari aksi
pertama semen kaki 9 Kartini Kendheng).
Mayoritas kelompok karaoke dan penjaga tambak INKOPAD
tidak termasuk kelompok yang tergusur, namun mereka akan
kehilangan rejeki bila tambak digusur. Mereka adalah elit
400 Mozaik Rupa Agraria: Dari Ekologi Politik hingga Politik Ruang