Page 408 - Mozaik Rupa Agraria
P. 408
Pimpinan organisasi perlawanan dikenal cepat belajar dan
pemberani dalam setiap aksi massa, sekaligus lentur terhadap
penguasa. Ia dipilih menggantikan pimpinan sebelumnya yang
radikal dan lugu. Di bawah kepemimpinannya, organisasi penolak
penggusuran cepat mendapat dukungan dari luar dan namanya
membesar. Pada 2013, ia bersama elit-elit organisasi mengambil
kesempatan sebagai penjaga keamanan tambak Induk Koperasi
Angkatan Darat (INKOPAD), yang beroperasi di Kawasan Gumuk
Pasir, dalam kapasitas pribadi. Rombongan itu tidak termasuk
kelompok mapan yang terdiri atas pemilik bisnis karaoke;
peminjam hutang, warga asli, maupun tuan tanah. Karena perannya
sebagai Bapak Pelindung, pimpinan ini menjadi Patron Politik.
Pada acara Sekolah Tani FKMA 2013, keputusan elit-elit Komunitas
Gumuk Pasir untuk mengais remah-remah laba dari tambak
INKOPAD mendapat kritik keras dari komunitas-komunitas
FKMA lainnya, namun kritik itu ditangkal dengan alasan bagian
dari penggalangan dana untuk perjuangan. Kritik itu dilandasi
dua alasan; pertama, tambak merusak ekosistem pertanian lahan
pantai dan menjadi strategi lawan untuk mempercepat tambang
pasir besi di Kulon Progo, mendukung jejaring bisnis serupa
sama saja menghambat perjuangan kawan di tempat lain; kedua,
tambak itu wujud bisnis militer yang menjadi lawan di beberapa
komunitas FKMA, terutama di Kebumen. Kelas belajar FKMA
ini belum berhasil karena faktor pendekatan yang digunakan,
yaitu melepaskan pengetahuan dari praktik keseharian seperti
umumnya pada pendidikan kader gerakan berbasis mahasiswa.
Pada 2014, menurut cerita reflektif pegiat KPO PRP dan
Perempuan Mahardika, pemimpin Komunitas Gumuk Pasir
berafiliasi dengan Partai Gerindra untuk menyukseskan salah
satu calon dalam pemilihan presiden 2014. Setumpuk berkas
dukungan massa ditandatanganinya tanpa sepengetahuan massa,
namun disaksikan oleh aktivis dari Perempuan Mahardika.
Gerakan dan Perjuangan Agraria 395