Page 416 - Mozaik Rupa Agraria
P. 416
setelah penggusuran semestinya ada gerakan tanding yang terus-
menerus. Buktinya, kini Komunitas Tionghoa dan para patron
itu menghilang. Kelompok yang bertahan di lapangan adalah
kelompok di luar Aliansi Politik itu.
Apakah ada kesempatan bagi Komunitas Gumuk Pasir
untuk bangkit kembali? Komunitas itu hanya dapat bangkit bila
mengambil hikmah dari pengalaman mereka, bahwa gerakan
warga harus dipimpin oleh warga yang mengalami persoalan,
bukan patron-patron yang berkesempatan hengkang bila situasi
tidak menguntungkan. Massa suatu gerakan harus dididik untuk
mengkritisi keadaan, bukan diintimidasi dengan kekuasaan agar
mudah dimobilisasi, hasilnya mobilisasi maksa.
Mengapa kerja dalam rangka membangun otonomi gagal?
Karena model pendidikan yang ditempuh lingkar belajar warga
masih merawat elitisme dan upaya untuk pembersihan elitisme
melahirkan konflik kelas yang masih dinilai merusak persatuan
dan kesatuan mesin gerakan, ketimbang penyegaran.
C. Komunitas Celana Merah
Alkisah, Surti, putri Kepala Desa Kemadang, melarikan diri
dari kawin paksa. Ia menyusuri pantai-pantai di Gunungsewu
lalu menamainya satu persatu, bermula dari pantai Baron hingga
pemberhentiannya di pantai Siung (dari frasa Asihing Biyung,
kasih seorang ibu) di wilayah Desa Purwodadi saat ini, di mana
Surti kemudian didaulat menjadi kepala desa pertama.
Berpuluh-puluh tahun kemudian, sekitar 1940-an, di desa
Kemadang, beberapa sesepuh dusun membuka lahan garapan
di salah satu pantai. Pantai itu kemudian menjadi penopang
penghidupan warga di tiga dusun. Mereka memancing, mengais
karangan (rumput laut), berburu usal (siput laut) dan kapurita
(gurita), merumput pakan ternak, dan bertani di ladang tadah
Gerakan dan Perjuangan Agraria 403