Page 495 - Mozaik Rupa Agraria
P. 495
Ekonomi politik berpeluang menjadi alat analisis bagi seni
ketika seni bersentuhan dengan kapitalisme dalam produksi,
distribusi dan konsumsi. Bahkan, relasi antara ekonomi politik
dan seni tertandai sejak karya seni diproduksi:
“…the relation between art and political economy… is
expressed directly in the representations of art and
indirectly through work that involves the economy of
artistic production itself” (Moore, 2004) .
42
Meminjam lima pertanyaan kunci ekonomi politik dalam
studi agraria—untuk obyek material berupa lahan serta relasi-
relasi kekuasaan di atas lahan, saya menawarkan pemeriksaan
ulang terhadap seni (obyek material, teks) dan relasi–relasi
kekuasaan yang membentuknya (ruang, konteks), utamanya
kekuasaan ekonomi politik dominan sehingga seni beralih rupa
menjadi komoditas atau sekrup-sekrup mesin industri wisata
maupun pasar seni.
1) Siapa menguasai apa?
Tampaknya akan sulit ditemukan seniman dan/atau
masyarakat tempatan berperan sebagai pemilik modal dari
industri wisata. Pemodal industri wisata biasanya pengusaha
papan atas atau pemerintah. Ruang di mana seni akan
ditumbuhkan dan diubah jadi laba tiada lain ialah ruang
produksi, dimiliki/dikuasai oleh pemodal atau pemilik usaha
wisata. Seniman berkarya (baik pesanan maupun mandiri) dan
menghidupi diri dengan cara berintegrasi dengan perputaran
modal melalui industri wisata yang bukan miliknya. Dalam
skema ini, hidupnya tergantung dari kuasa kapital yang
mengikatnya. Posisinya tak beda dengan buruh tani yang
mengerjakan lahan pemilik tanah dengan upah, meski buruh
42 Alan W. Moore. 2004. Political Economy As Subject And Form In Contemporary Art. Review
Of Radical Political Economics, Volume 36, No. 4, Fall 2004, 471-486
482 Mozaik Rupa Agraria: Dari Ekologi Politik hingga Politik Ruang