Page 490 - Mozaik Rupa Agraria
P. 490

Dalam karya ilmiah, yaitu Penduduk dan Perkembangan Kota
           Yogyakarta  1900-1990 (Djoko Suryo, 2005) ,  juga dinyatakan
                                                    33
           bahwa  berkembangnya Yogyakarta  sebagai  kota  tujuan wisata
           merupakan suatu  periode  yang  muncul  setelah  Yogyakarta
           berkembang  sebagai kota budaya. Sejak masa  sebelum
           kemerdekaan hingga tahun 1950 dan 1960an, Yogyakarta menjadi
           tempat kelahiran banyak seniman dan karya seni, mulai dari seni
           lukis, sastra,  teater,  patung,  musik  beserta sanggar-sanggarnya.
           Tak lupa juga seni pedalangan dan seni tari tradisional Jawa pun
           berkembang. Sehingga ditegaskan bahwa dari sinilah Yogyakarta
           layak mendapat julukan sebagai kota budaya. Baru setelah tahun
           1960an Yogyakarta menjadi kota tujuan wisata.
               Kini, Seni dan Yogyakarta hendak dirangkai kembali dengan
           konsep wisata, dalam imajinasi industri wisata. Kemudian, Seni
           ditempatkan sebagai merek dagang/brand dari Yogyakarta untuk
           mendongkrak  industri  wisata,  yang  umumnya  berciri wisata
           massal  beserta  jasa-jasa pariwisata  (transportasi,  penginapan,
           agen perjalanan dll).
               Sudah banyak kritik terhadap wisata massal dalam konteks
           masyarakat industri  kelanjutan kolonialisme,  yang  terbukti
           menciptakan gejala  tourism destroys tourism,  akibat aktivitas
           wisata melampaui daya dukung dan daya tampung ruang/tempat
           wisata. Alternatifnya, konsep wisata alternatif yang dinilai lebih
           bertanggungjawab terhadap kelestarian lingkungan dan budaya
           ditawarkan, misalnya ecotourism , sustainable tourism , voluntary
                                                            35
                                        34
           tourism . Namun demikian, pendekatan poskolonialisme menilai
                  36
           33   Djoko Suryo (2005),  “Pendudukan dan Perkembangan Kota Yogyakarta 1900-1990”, dalam
               Freek Colombijn, Martine Barwegen, Purnawan Basundoro dan Johny Alfian Khusyairi (ed.),
               Kota Lama Kota Baru, Penerbit Ombak
           34  Praktik tourism yang mempertimbangkan aspek keberlanjutan ekosistem, konsep ini muncul
               sebagai revisi atas praktik tourism yang merusak struktur dan fungsi bentang alam.
           35  Praktik tourism dalam sustainable development, yang mana sustainable development hanyalah
               varian dari developmentalism.
           36  Praktik  tourism  yang menawarkan  pengalaman berinteraksi  sosial,  misalnya berwisata
               sekaligus menjadi relawan kebersihan tempat wisata bersama warga pengelola tempat wisata.

                                Politik Ruang, Populasi dan Kesehatan Mental  477
   485   486   487   488   489   490   491   492   493   494   495