Page 487 - Mozaik Rupa Agraria
P. 487

seni tradisional karena faktor politik . Di masa kolonial, unsur-
                                             22
           unsur barat masuk dalam seni Yogyakarta, misalnya arsitektur kota
           benteng Kesultanan Yogyakarta, gaya perabot interior Kesultanan
           dan tari-tarian klasik bernuansa keprajuritan  yang sesungguhnya
                                                   23
           merupakan  agenda  penjinakan militer (Antoro, 2017 ; Sunaryo
                                                            24
           dkk,  2014 ; Septi  dan Sachari, 2007   dan Onghokham,  1991:
                    25
                                              26
           116) . Di era modern, pengaruh ekonomi politik dominan tampak
              27
           pada gejala komersialisasi seni (Malna, 1991  dan Onghokham,
                                                    28
           1991: 179). Pengaruh  ekonomi  politik  dominan  terhadap Seni
           di Yogyakarta  tampak lebih jelas ketika UU  Keistimewaan DIY
           diberlakukan, yaitu tersedianya Dana Keistimewaan (Danais) bagi
           proyek-proyek seni budaya.
               Berbeda dengan Dana Otonomi Khusus propinsi Papua dan
           Aceh yang dibatasi periode penerimaannya, yaitu 25 tahun (Papua)
           dan 20 tahun (Aceh), DIY memperoleh Danais tanpa pembatasan
           waktu, meski nominalnya lebih kecil dari Dana Otonomi Khusus
           Papua dan Aceh. Danais merupakan cek kosong Pemerintah Pusat
           kepada Pemerintah Daerah DIY.
               Pada 2013,  Danais dicairkan sebesar Rp. 231,39 M (realisasi
           penyerapan Rp. 54,56 M), dengan alokasi Rp. 212,39 M (Bidang
           Kebudayaan); Rp. 6,3 M (Bidang Pertanahan), Rp. 10 M (Bidang Tata


           22   Misalnya tari klasik gaya Yogyakarta berbeda dengan gaya Surakarta; wayang kulit purwa gaya
               Yogyakarta berbeda dengan gaya Surakarta.
           23  Misalnya  Beksan (tari) Bedhaya Ketawang; Lawung Ageng; Serimpi Padhelori (piranti tarinya
               pistol), Serimpi Merak Kasimpir, atau parade prajurit Kesultanan yang melangkah anggun
               dengan senapan dan sepatu layaknya serdadu kolonial. Di Pakualaman pengaruh kolonial
               tampak pada Beksan Inum; Floret dan Sabel.
           24   Kus Sri Antoro. 2017. (menuju) Kritik Aktivisme Seni di Yogyakarta dalam Katalog Data IVAA:
               Seni, Aksi dan Jogja sebagai Ruang Urban. IVAA. Yogyakarta
           25   Rony Gunawan Sunaryo, Nindyo Soewarno, Ikaputra, dan Bakti Setiawan. 2014. Pengaruh
               Kolonialisme  pada Morfologi  Ruang Kota Jawa Periode 1600-1942. Seminar Nasional
               Riset  Arsitektur Dan Perencanaan (SERAP)  3  Manusia  dan Ruang  dalam  Arsitektur  dan
               Perencanaan 22-23 Agustus 2014,  Jurusan Teknik Arsitektur Dan Perencanaan Universitas
               Gadjah Mada.
           26   Indah Septi dan Agus Sachari. 2007. Pergeseran Gaya Estetis Mebel di Keraton Ngayogyakarta
               Hadiningrat ITB J. Vis. Art. Vol. 1 D, No. 1, 2007, 85-107 85
           27   Onghokham. 1991. Rakyat dan Negara. LP3ES. Jakarta
           28   Afrizal Malna. Seni dan Kapitalisme Tidak Bermutu. Harian Bernas 15 Agustus 1991. Sumber
               arielheryanto.wordpress.com diunduh 13 Mei 2018.

           474    Mozaik Rupa Agraria: Dari Ekologi Politik hingga Politik Ruang
   482   483   484   485   486   487   488   489   490   491   492