Page 118 - Kembali ke Agraria
P. 118
Kembali ke Agraria
nampilkan solusi yang layak ditempuh: Pertama, perlu segera dihen-
tikannya pendekatan keamanan dalam penanganan kasus konflik
agraria. Segala bentuk kriminalisasi, penangkapan, penahanan, dan
kekerasan terhadap petani adalah tindakan yang menambah mas-
alah, bukan menyelesaikannya. Di era demokrasi dan reformasi saat
ini, semua “operasi keamanan” dalam penanganan kasus tanah sung-
guh sudah tidak populer lagi dan bertentangan dengan rasa keadilan
serta prinsip HAM.
Kedua, pentingnya upaya damai melalui meja perundingan antara
penduduk yang berkonflik dengan pemerintahan daerah untuk mencari
solusi bersama. Pendekatan ini memungkinkan penyelesaian perbedaan
kepentingan secara adil dan tuntas dengan mengutamakan kepentingan
dan hak-hak rakyat atas tanah. Pihak lain yang terlibat konflik
hendaknya dilibatkan pada tahap berikutnya, setelah masyarakat dan
pemda punya kesepahaman atas persoalan yang terjadi di lapangan.
Ketiga, dalam menyelesaikan kasus tanah semacam ini, pemda
hendaknya menggunakan instrumen Ketetapan (Tap) MPR Nomor
IX Tahun 2001 tentang Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumber
Daya Alam, UU No 5/1960 tentang Pokok-pokok Peraturan Agraria
(UUPA), UU No 22/1999 tentang Pemerintahan Daerah, dan Keppres
No 34/2003 tentang Kebijakan Nasional di Bidang Pertanahan yang
pada esensinya memberi kewenangan/ruang yang besar bagi peme-
rintah daerah dalam menuntaskan masalah agraria, termasuk penye-
lesaian konflik tanah.
Keempat, sekarang ini, kebutuhan pembentukan kelembagaan dan
mekanisme khusus untuk menyelesaikan sengketa tanah makin
mendesak. Kemendesakan ini terutama disebabkan oleh cenderung
meningkat dan mengerasnya konflik di lapangan. Untuk itu, di tingkat
nasional perlu dibentuk Komisi Nasional untuk Penyelesaian Sengketa
Tanah (Agraria) yang dibarengi dengan pembentukan komisi sejenis
di daerah dengan menggunakan pendekatan transisional (transitional
justice). Keberadaan mekanisme dan badan alternatif ini tidak perlu
menunggu jatuhnya korban lebih banyak lagi.***
99