Page 114 - Kembali ke Agraria
P. 114

Kompas, 11 September 2003








                     Bercermin dari Kasus Bulukumba:
                 Bagaimana Konflik Agraria Harus Ditangani?








                   ANAH, tanah, dan tanah pemicu kasus Bulukumba; Jangan beri
               Ttanah secara cuma-cuma. Demikian dua judul liputan secara
               mencolok dimuat koran ini, (Kompas, 3/9/03).
                   Di Bulukumba telah terjadi konflik agraria yang membawa
               korban jiwa. Sejumlah petani dan aktivis ditahan di kantor polisi.
               Banyak penduduk yang ketakutan dan terpaksa mengungsi karena
               takut dikejar aparat. Begitu kentalnya keterlibatan aparat dalam kasus
               ini. Di lain sisi, terkesan muncul kebimbangan dari pemerintahan
               daerah di Sulawesi Selatan (baik kepala daerahnya maupun DPRD
               provinsi ataupun kabupaten) dalam mencari solusi atas kasus ini.
               Terdapat begitu banyak persoalan yang kini melilit kasus Bulukumba.
                   Sebagaimana diberitakan, sejumlah media massa pada 21 Juli
               2003 di Kabupaten Bulukumba, Provinsi Sulawesi Selatan, telah terjadi
               konflik tanah antara rakyat tani/masyarakat adat dengan PT Lon-
               don Sumatera (Lonsum) penanam kebun karet yang mengakibatkan
               enam orang tewas, puluhan terluka, 20-an ditangkap, puluhan jadi
               buronan polisi, dan ratusan lainnya mengungsi ke hutan karena
               ketakutan, trauma, dan dikejar aparat keamanan (polisi).
                   Apa pelajaran yang bisa dipetik dari kasus ini? Penulis mencatat
               ada tiga pelajaran terpenting: (1) makin kuatnya konflik kepentingan
               dalam penguasaan tanah antara penduduk/rakyat dengan perusa-
               haan bermodal besar; (2) berkelanjutannya kekeliruan dalam

                                            95
   109   110   111   112   113   114   115   116   117   118   119