Page 293 - Kembali ke Agraria
P. 293

Kompas, 7 Mei 2007








                  Nasib Buruh dan Reforma Agraria








                  ASIB suram masih menyelimuti kaum buruh Indonesia. Aksi
            Nburuh di beberapa kota pada peringatan Hari Buruh Interna-
            sional 1 Mei lalu mengisyaratkan masih beratnya beban hidup dan
            abainya negara melindungi kaum buruh.
                Pemenuhan atas tuntutan upah layak, pesangon, jaminan kese-
            hatan, cuti hamil, kebebasan berserikat, tunjangan hari raya, dan
            berbagai hak normatif lain masih sebatas wacana. Ancaman pemu-
            tusan hubungan kerja terus merongrong kalangan buruh. Selain isu
            perburuhan, satu dari sembilan tuntutan Aliansi Buruh Menggugat
            (ABM) dalam aksi di depan Istana Negara adalah desakan agar refor-
            ma agraria segera dilaksanakan (Kompas, 2/5/2007). Tuntutan ini
            bisa ditafsirkan mulai merapatnya gerakan buruh-tani, bibit menya-
            tunya isu industri dan agraria.
                Memang, akar masalah buruh berkelindan dengan bekerjanya
            sistem ekonomi liberal dan diabaikannya reforma agraria. Liberalisme
            ekonomi mengendurkan tanggung jawab sosial pengusaha atas bu-
            ruh dan menjadikan industri (kota) tak lagi nyambung dengan reali-
            tas agraria (desa).

            Kuatkan posisi buruh

                Masalah utama dunia ketenagakerjaan kita ialah tak sesuainya
            laju angkatan kerja dengan lapangan kerja yang tersedia. Dampaknya,
            angka pengangguran tiap tahun melonjak. Dalam 20 tahun terakhir

                                        274
   288   289   290   291   292   293   294   295   296   297   298