Page 433 - Kembali ke Agraria
P. 433

Kompas, 23 November 2009








                         Masalah Pertanian Kita








                ERBEDA dengan para menteri pertanian sebelumnya yang ingin
            Bmenggenjot produktivitas pertanian, mentan yang baru memulai
            visinya dengan urgensi pelaksanaan reforma agraria. Menyempitnya
            luas lahan pertanian seiring penyempitan penguasaan petani atas
            lahan pertanian menegaskan gejala “konversi” lahan pertanian ke
            non-pertanian berbanding lurus dengan “ploretarisasi” petani.
                Tampaknya, inilah yang mendorong Suswono, Mentan baru,
            mengajukan agenda mendasar dan penting diapresiasi. Mentan ber-
            janji menjalankan reforma agraria melalui koordinasi dengan Badan
            Pertanahan Nasional (BPN) (Kompas, 23/10/2009).
                Selama ini, reforma agraria “dititipkan” Presiden Yudhoyono
            ke BPN melalui Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2006. Salah
            satu tugas dan fungsi BPN ialah menjalankan reforma agraria yang
            setelah lebih dari tiga tahun berjalan terseok-seok. Penyebabnya, ko-
            mitmen dan dukungan lembaga pemerintah yang lain yang terkait
            urusan agraria, termasuk Departemen Pertanian, terbilang minim.

            Agenda lanjutan

                Menyusul sinyal dari Mentan, ada sejumlah agenda penting lan-
            jutan. Pertama, identifikasi subyek calon penerima manfaat program
            reforma agraria. Di sektor pertanian, petani miskin, tak bertanah, yang
            lahannya sempit, buruh tani, nelayan tradisional, dan masyarakat
            adat/lokal harus diprioritaskan. Kedua, identifikasi tanah yang layak

                                        414
   428   429   430   431   432   433   434   435   436   437   438