Page 89 - Kembali ke Agraria
P. 89
Usep Setiawan
(memenuhi) kebutuhan hidupnya.
Faktor ‘penyerahan’ tanah oleh petani kecil kepada kalangan
petani ‘kaya’ atau kelompok berduit lainnya dapat menciptakan
konsentrasi (baca: monopoli) penguasaan tanah pertanian. Kondisi
inilah yang melahirkan buruh-buruh tani atau tenaga kerja ‘mengam-
bang’ yang biasanya terpaksa ‘mengungsi’ ke kota-kota besar untuk
bekerja sebagai tenaga kerja kasar. Lantas apa dan bagaimana solu-
sinya?
Solusi
Untuk perbaikan ke depan, tidak ada pilihan lain kecuali
menjawab semua fakta masalah yang telah diuraikan sebelumnya.
Pokok-pokok jawaban yang dimaksud meliputi: pertama, perlu
ditumbuhkan dan dikuatkannya organisasi tani yang mandiri di
seluas mungkin komunitas pertanian. Ini penting mengingat orga-
nisasi petani dapat mengartikulasikan segala kepentingannya dan
melalui organisasi pula petani bisa membiasakan diri untuk
menjalankan usaha tani secara bersama, sehingga keuntungan pun
dapat dinikmati bersama oleh petani sendiri.
Kedua, perlunya pendidikan dan pelatihan yang sistematis
mengenai manajemen dan teknik bertani yang baik. Pola pendidikan
dan latihan bagi petani kecil ini hendaknya bersifat partisipatif dan
mengacu pada kearifan lokal. Muara dari pendidikan ini adalah ber-
gesernya kesadaran orientasi bertani dari subsisten-individual ke
arah komersial-kolektif serta meningkatnya keterampilan bertani.
Ketiga, penyediaan modal usaha tani secara cukup merupakan
kebutuhan yang juga mendesak. Negara (c.q. pemerintah) sudah
sewajarnya berusaha semaksimal mungkin untuk menyediakan ber-
bagai skim (alokasi anggaran) permodalan bagi petani kecil dengan
persyaratan yang seringan dan sesimpel mungkin. Modal yang
dimaksud sebaiknya disalurkan kepada kelompok-kelompok tani
yang memang sudah siap menjalankan usaha tani secara bersama
dengan mekanisme yang transparan dan bebas dari unsur korupsi.
70