Page 92 - Kembali ke Agraria
P. 92
Kembali ke Agraria
masa depan. Paradigma lama perlu dibongkar agar diketahui secara
cermat titik lemahnya. Setelah itu, kita perlu menemukan segera alter-
natif paradigmatik yang lebih baik.
Pilihan paradigma pengelolaan kawasan hutan bisa dipinjam
dari pemikiran Ton Dierz (1996). Menurut Dierz, pada dasarnya ada
tiga pilihan paradigma kebijakan yang bisa dan biasa diambil, yakni
(i) yang menempatkan lingkungan dan sumber-sumber alam sebagai
objek eksploitasi (eco-developmentalism), (ii) yang membuat isolasi ter-
tentu terhadap suatu kawasan agar bebas dari intervesi manusia
sama sekali (eco-totalism atau eco-fasism), atau (iii) yang menempatkan
rakyat di sekitar suatu kawasan sebagai subjek utama (eco-populism).
Paradigma pengelolaan hutan yang dianut selama ini semata-
mata melihat hutan sebagai objek eksploitasi. Pilihan paradigma
pengelolaan hutan rezim Orba sejatinya cermin dari paradigma eco-
developmentalism. Melalui paradigma ini, Orba menelurkan berbagai
kebijakan yang menempatkan sumber-sumber alam, termasuk hutan,
sebagai objek eksploitasi demi pertumbuhan ekonomi dan akumulasi
modal. Paradigma pengelolaan kawasan hutan semacam ini ditandai
pula dengan tidak diberikannya ruang yang memadai bagi keter-
libatan masyarakat setempat dalam pengelolaan hutan. Faktanya,
justru pilihan ini telah membuahkan konflik antara negara dan/atau
pemodal besar yang diberi mandat mengelola versus penduduk yang
punya klaim sejarah budaya yang bersifat kosmologis atas kawasan
di sekitarnya.
Buah yang sekarang kita temukan di depan mata adalah dishar-
moni, karena tidak ditemukannya kesatuan pandang antara negara
dan/atau para “pengelola formal” kawasan hutan dengan aspirasi
penduduk yang hidup dan berkembang di sekitar kawasan tersebut.
Selain itu, dampak nyata yang memprihatinkan adalah tidak adanya
upaya penanganan yang efektif dalam mencegah perusakan dan me-
mulihkan kerusakan hutan ternyata telah membuahkan berbagai tra-
gedi bencana alam yang mengerikan, seperti banjir besar yang seka-
rang melanda.
73