Page 92 - MP3EI, Masterplan Percepatan dan Perluasan Krisis Sosial-Ekologis Indonesia
P. 92

82     Di Atas Krisis Sosial-Ekologis Semacam Apa
               Megaproyek MP3EI Bekerja?



                                   Krisis lainnya yang hadir dengan perusahaan beroperasi di hutan Zanegi adalah air. Air hujan membantu proses tercampur-
                                   nya limbah peptisida dan limbah minya buangan alat-alat berat dengan sumber air masyarakat. Racun itu mengalir masuk
                                   ke rawa, dusun sagu dan Kali Sakau—kali yang menjadi sumber air sehari-hari masyarakat Zanegi. Air yang tercemar ini
                                   yang menyebabkan anak-anak dan orang dewasa menderita gangguan pernapasan, kulit, sakit perut. Dari hasil penyelidikan
                                   lebih lanjut di bulan Juni 2013, kondisi penduduk di Kampung Zanegi semakin memburuk. Dalam rentang waktu empat
                                   bulan, Januari hingga April 2013, empat anak meninggal di Kampung Zanegi. Keempat anak itu dikarenakan gangguan ISPA
                                   (Infeksi Saluran Pernapasan Akut), muntaber, dan kekurangan gizi. Terlebih parah lagi, puluhan anak kecil menderita busung
                                   lapar dan penyakit kulit. Salah seorang Bapak di Zanegi memperlihatkan situasi anaknya yang berusia tiga tahun. Berat
                                   badannya hanya tiga kilogram, tubuhnya kurus dengan tulang berbalut kulit yang keriput, kepalanya besar dan matanya
                                                                                                        8
                                   melotot sayu. “Dokter pulangkan anak ini karena tidak ada masalah penyakit”, tutur Bapak itu.  Tak lama kemudian saya
                                   mendapat kabar anak kecil itu menghembuskan nafas terakhirnya.


































                                                      Gambar 5: Masyarakat Zanegi berada di tengah tumpukan kayu yang berasal dari  hutan mereka.
                                                                           Foto: Muntaza, 2012.



                                   Pada tahun 2010—sejak perusahaan mulai beroperasi—47 pemuda kampung bekerja sebagai BHL di perusahaan. Jumlah
                                   ini berkurang hingga tersisa 23 orang pada Januari 2012. Salah satu faktor yang melatarbelakangi pengurangan ini adalah
                                   kebijakan ketenagakerjaan perusahaan yang tidak adil terhadap orang Malind Kampung Zanegi. Selama hampir dua tahun
                                   bekerja di perusahaan, status ketenagakerjaan mereka tidak meningkat menjadi PKWTT (Pekerja Karyawan Waktu Tidak
                                   Tetap). Sedangkan, tenaga kerja migrasi yang bekerja di PT SIS dalam waktu kurang setahun diangkat menjadi PKWTT.
                                   Sekalipun tidak lagi bekerja di PT SIS, para pemuda tetap bekerja di lapis kedua aktivitas perusahaan. Aktivitas usaha HTI PT
                                   SIS, seperti penebangan hutan, kupas kulit pohon dan perawatan tanaman HTI, dilakukan oleh pihak kontraktor. Dengan de-
   87   88   89   90   91   92   93   94   95   96   97