Page 75 - Potret Perjuangan Bapak Hukum Agraria Prof. Boedi Harsono
P. 75

Oloan Sitorus & Taufik N. Huda

            menggantikan Sarimin Reksodihardjo (karena diangkat menjadi
            Gubernur  Nusa Tenggara). Tugas PAJ yang hampir sama dengan
            PAY belum banyak yang dapat diwujudkan oleh karena Ketua
            dan Wakil Ketuanya sering mendapat tugas-tugas khusus dari
            Pemerintah. Berkaitan dengan persoalan tanah untuk pertanian
            kecil (rakyat), PAJ menyimpulkan agar: (1) diadakan batas mini-
            mum sebagai ide yaitu 2 Ha dan hubungan pembatasan minimum
            tersebut dengan Hukum Adat, terutama Hukum Waris, perlu
            diadakan lebih lanjut; (2) ditentukan pembatasan minimum 25 Ha
            untuk satu keluarga “Panitia Agraria Yogya” (PAY); (3) tanah untuk
            pertanian kecil hanya dapat dimiliki oleh penduduk Warga Negara
            Indonesia (WNI), baik “asli” maupun “bukan asli”, sedangkan
            Badan Hukum tidak diberikan kesempatan untuk memilikinya;
            (4) bagi pertanian kecil diterima bangunan-bangunan hukum: Hak
            Milik, Hak Usaha, Hak Sewa, dan Hak Pakai; (5) Hak Ulayat dise-
            tujui untuk diatur oleh atau kuasa undang-undang sesuai dengan
            pokok-pokok dasar negara. 8
                Kalau pada tahun 1945-1955, tugas keagrariaan masih bersifat
            transisional (karena masih tetap di lingkungan Departeman
            (Kementerian) Dalam Negeri, maka sejak Tahun 1955 urusan
            agraria menjadi tugas pemerintahan yang ditangani secara khusus
            dan dipandang bersifat terpadu. Tegasnya, pada tahun 1955,
            berdasarkan Keputusan Presiden No. 55 Tahun 1955 dibentuk
            Kementerian Agraria yang berdiri sendiri, terpisah dari Kementerian
            Dalam Negeri. Di dalam Keppres tersebut ditetapkan tugas
            Kementerian Agraria adalah sebagai berikut: (1) mempersiapkan
            pembentukan perundang-undangan agraria nasional yang sesuai
            dengan ketentuan Pasal 26, 27 ayat (1) dan Pasal 38 UUD


                8  Ibid, hlm. 126-126.

            62
   70   71   72   73   74   75   76   77   78   79   80