Page 82 - Potret Perjuangan Bapak Hukum Agraria Prof. Boedi Harsono
P. 82

Potret Perjuangan Bapak Hukum Agraria ....

               sehingga pada tanggal 14 September 1960 DPR GR dengan suara
               bulat menerima baik Rancangan UUPA tersebut. Selanjutnya, pada
               tanggal 24 September 1960 (hari Sabtu), RUUPA disahkan oleh
               Presiden Soekarno menjadi Undang-undang No. 5 Tahun 1960
               tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria, yang selanjutnya
               lebih dikenal dengan Undang-undang Pokok Agraria (UUPA). 18
               UUPA diundangkan dalam Lembaran Negara tahun 1960 No. 104,
               sedangkan penjelasannya dimuat dalam Tambahan Lembaran
               Negara No. 2043. 19
                   Peran Boedi Harsono dalam proses penyusunan Rancangan
               UUPA, secara padat dinyatakan sebagai berikut: “Selaku Kepala

               (Oloan Sitorus, Dalu Agung Darmawan, Fauzan Ramon, dan Nora Harahap)
               dengan Bapak Prof. Boedi Harsono, tanggal 1 November 2007 yang menyatakan:
               “Tidak ada pergulatan yang berarti dalam penyusunan UUPA. Yang menjadi
               permasalahan pada saat itu adalah situasi politik yang belum stabil dimana dasar
               negara Indonesia adalah Pancasila, namun masih ada keinginan dari golongan-golongan
               tertentu untuk menggantikannya dengan Piagam Jakarta. Untuk dapat mengatasi
               reaksi dari golongan-golongan yang menginginkan Piagam Jakarta, solusi yang diambil
               adalah merumuskan sila-sila Pancasila (rumusan Pancasila) saja pada UUPA, bukan
               sebutan Pancasila secara langsung.”
                   18  Menarik untuk mencermati konsiderans ‘berpendapat (huruf) c’ UUPA,
               yang menyatakan: “bahwa hukum agraria nasional itu harus mewujudkan penjelmaan
               dari pada Ketuhanan Yang Maha Esa, Perikemanusiaan, Kebangsaan, Kerakyatan
               dan Keadilan Sosial, sebagai azas kerokhanian Negara dan cita-cita Bangsa, seperti
               yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar.” Rumusan Pancasila
               seperti itu, adalah rumusan dalam Pembukaan Konstitusi RIS dan UUDS 1950,
               sedangkan rumusan Pancasila berdasarkan Pembukaan UUD 1945 adalah: “ke-
               Tuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia
               dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
               perwakilan serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat
               Indonesia.” Menjadi menarik oleh karena, pada tahun 1960, ketika UUPA
               ditetapkan, konstitusi yang berlaku adalah UUD 1945.
                   19   Ibid, hlm. 132.

                                                                   69
   77   78   79   80   81   82   83   84   85   86   87