Page 87 - Reforma Agraria (Penyelesaian Mandat Konstitusi)
P. 87

Reforma Agraria: Menyelesaikan Mandat Konstitusi

               RA Joko Widodo lebih elitis, karena dikelola oleh elite-elite birokrasi
               dengan pelibatan NGO secara minimal. Sementara dalam hal objek-
               subjek, signifikansi perbedaaan terletak pada perluasan objek dan subjek
               (Perpres 86/2018 Pasal 8-14). RA periode Sukarno mengandalkan lahan
               pertanian sebagai sumber distribusi dan prioritas subjek yang terbatas
               (PP 224/1961 Pasal 8-14). Dari sisi tujuan dan mekanisme pelaksanaan
               RA tidak mengalami perbedaan signifikan sebagaimana dijelaskan dalam
               Pasal 2 Perpres 86/2018 dan Penjelasan umum PP 224/1961, namun dalam
               hal persoalan RA dan kerumitan subjek-objeknya, periode saat ini menga-
               lami kompleksitas yang cukup besar. Persoalan tanah absentee dan tanah
               kelebihan maksimum pada periode Orde Lama menjadi objek penting
               bagi pelaksanaan RA, sementara saat ini negara tidak bisa mengandalkan
               tanah absentee dan tanah kelebihan maksimum sebagai core penataan
               aset, sehingga mencoba meluaskan objek RA pada tanah-tanah lainnya.
                   Secara keseluruhan, RA periode Jokowi mencoba untuk membentuk
               kelembagaan secara kuat sebagaimana Sukarno melakukannya pada
               tahun 1960. Akan tetapi mengandung kelemahan pada tingkat partisipasi
               publik karena kelembagaan GTRA relatif elitis. Efektifitas kelembagaan
               RA bentukan Jokowi belum bisa dibuktikan karena prosesnya sedang
               berjalan. Sebagai sebuah lembaga baru, Jokowi harus membuktikan apa
               yang menjadi agenda besarnya, dan sejauhmana RA pada periode kepe-
               mimpinannya mampu berjalan secara efektif untuk menciptakan ke-
               adilan dan kesejahteraan bagi masyarakat secara luas.


               G. Kesimpulan

                   Praktik kebijakan RA di Indonesia diawali sejak Sukarno berhasil
               membangun infrastruktur hukum agraria nasional dan menghentikan
               praktik hukum agraria kolonial. Sukarno berhasil membangun sistem
               dan kelembagaan untuk menjalankan RA pada periode awal pasca Indo-
               nesia merdeka. Semua prangkat hukum yang dibutuhkan oleh negara
               untuk menyelenggarakan distribusi dan redistribusi tanah telah dila-
               hirkan pada periode tersebut, bahkan Sukarno juga berhasil mendis-
               tribusikan tanah kepada petani tak bertanah, petani miskin, dan buruh
               tani. Lewat UU, Perpu, PP, Keppres, dan peraturan lain Sukarno telah

                                                                          59
   82   83   84   85   86   87   88   89   90   91   92