Page 89 - Reforma Agraria (Penyelesaian Mandat Konstitusi)
P. 89
Reforma Agraria: Menyelesaikan Mandat Konstitusi
berakhirnya pemerintahan SBY, isu RA meredup bersama dengan
pupusnya harapan masyarakat kepada negara untuk menjalankan RA,
sampai akhirnya Jokowi kembali mencoba untuk menggairahkan isu RA
pada ranah publik. Dengan kembali mengangkat isu RA, Jokowi berhasil
membangun produk hukum yang dulu gagal diselesaikan oleh SBY, yakni
peraturan pelaksanaan RA. Jokowi secara kelembagaan relatif berhasil
membangun argumen pelaksanaan RA dengan membangun beberapa
model. Salah satunya yang cukup gencar dilaksanakan adalah legalisasi
aset untuk membangun basis data kepemilikan dan penguatan hak
rakyat, RA kawasan hutan, dan social forestry. Walau bukan konsep baru,
namun pelaksanaannya relatif berhasil dan mendapat dukungan publik,
karena program ini menyasar orang-orang yang membutuhkan tanah.
Namun demikian RA Jokowi yang memadukan antara distribusi aset hak
milik dan izin pemanfaatan hutan menemui beberapa kendala, tidak
berjalan sebagaimana yang diharapkan, terutama distribusi aset yang
bersumber dari tanah pelepasan kawasan hutan.
Beberapa problem terjadi akibat dari lemahnya koordinasi pada level
sektoral dari tingkat pusat sampai daerah, karena masing-masing belum
sinkron, sehingga memperlambat upaya penyelesaiannya. Periode Jokowi
masih berjalan, dan tentu masih ada harapan bagaimana RA dituntaskan,
setidaknya ada upaya dan political will Jokowi untuk membangun track
yang benar untuk mengantarkan redistribusi tanah yang selama ini
mengalami banyak kegagalan.
Jokowi bukan Sukarno yang melahirkan gagasan besar terkait RA,
oleh karena itu apa yang dihasilkan Sukarno adalah gagasan besar
kebijakan RA untuk menata sesuatu yang timpang untuk menuju ke-
adilan dan kesejahteraan. Sementara Jokowi hadir hanya melanjutkan
sisa-sisa gagasan masa lalu yang masih relevan, namun dengan perangkat
kelembagaan yang lebih minimal. Keduanya memiliki upaya besar untuk
menjalankan kebijakan RA secara berbeda karena perubahan zaman
memaksa penguasa baru harus berimprovisasi demi peta jalan RA tetap
bisa dilaksanakan.
Apa yang dibayangkan Jokowi tentu berbeda dengan yang diimaji-
nasikan oleh Sukarno. Sebagai orang yang hidup pada situasi penuh
61