Page 275 - Politik Kelembagaan Agraria Indonesia: Jalan Terjal Pembentukan Kelembagaan dan Kebijakan Agraria, 1955-2022
P. 275

Politik Kelembagaan Agraria Indonesia

                              Secara spesifik, latar belakang Indonesia menerima
                          proyek ILAP antara lain disebabkkan:
                          a. Keterbatasan Pemerintah Indonesia dalam hal dana,
                             peralatan dan  tenaga ahli untuk menjalankan admi-
                             nistrasi pertanahan, sehingga dengan adanya bantuan
                             dana dari World Bank proyek ini baru dapat terlaksana;

                          b. Meningkatnya keinginan masyarakat untuk menda-
                             patkan kepastian hukum hak atas tanahnya (sertifikat);
                          c. Pelaksanaan kegiatan pendaftaran tanah sejak tahun
                             1960  hanya  mampu  mendaftarkan  25  juta  bidang
                             tanah, dan masih ada 60 juta bidang tanah yang belum
                             terdaftar dan belum diketahui hak atas tanahnya;
                          d. Adanya kesan  bahwa  BPN  lamban  dalam  melayani
                             masyarakat. Sedangkan  dengan semakin meningkat-
                             nya tugas di bidang pertanahan, BPN semakin dituntut
                             untuk meningkatkan mutu pelayanan dan mutu pro-
                             duknya.

                              ILAP menjadi penting untuk dilaksanakan sebagai
                          bentuk upaya BPN mereformasi birokrasi sistem pelayanan
                          pertanahannya yakni dengan cara menyebar titik-titik
                          pelayanan dari kantor pertanahan ke base camp ajudikasi
                          (jemput bola);  mendelegasikan tanggungjawab pener-
                          bitan sertifikat dari Kepala Kantor Pertanahan ke ketua
                          tim ajudikasi; menciptakan kemitraan dengan swasta da-
                          lam  pengukuran  dan  pemetaan  tanah;  menciptakan
                          kemitraan dengan masyarakat dalam pengumpulan data
                          yuridis kepemilikan tanah; serta menyelesaikan perseli-
                          sihan tanah. Upaya-upaya dimaksud merupakan langkah


                                                                             239
   270   271   272   273   274   275   276   277   278   279   280