Page 400 - Politik Kelembagaan Agraria Indonesia: Jalan Terjal Pembentukan Kelembagaan dan Kebijakan Agraria, 1955-2022
P. 400

M. Nazir Salim, Trisnanti Widi R, Diah Retno W.

                        donesia dan hal itu tidak bisa dipisahkan dengan realitas
                        sejarah kelembagaan agraria Indonesia. Seberapa pun kata
                        itu dibuang dan dihapuskan, ingatan kolektif masyarakat
                        masih segar dan selalu merujuk “pertanahan” dengan isti-
                        lah agraria. Dalam catatan sejarah, kata itu sempat hilang
                        beberapa tahun dari kelembagaan agraria, walaupun de-
                        mikian ketika zaman berubah, politik dan kebijakan kem-
                        bali “menyisir ingatan masa lalu”, kata agraria “dipanggil”
                        kembali “pulang” untuk tampil di depan gedung-gedung
                        perkantoran agraria seluruh Indonesia.
                            Ringkasnya, perjalanan sejarah kelembagaan agraria
                        hanyalah ingatan dan memori yang tercecer sebagaimana
                        sejarah kelembagaan lainnya, namun  yang tercecer itu
                        perlu dirawat dan disatukan untuk kembali ditata, agar
                        sejarah kelembagaannya bisa dilihat sebagai sebuah peta
                        penanda. Studi ini melihat dalam konteks tersebut untuk

                        merangkai  serpihan sejarah  kelembagaan agraria yang
                        dinarasikan dari  sisi proses dan kronologisnya.  Ketika
                        tahun 2014 Joko Widodo-Yusuf Kalla terpilih sebagai pre-
                        siden,  salah satu  memori yang  dipanggil  oleh  banyak
                        pihak adalah  agar presiden  kembali “memanggil”  dan
                        menghadirkan “kata agraria” sebagai simbol resmi kelem-
                        bagaannya, yakni Kementerian Agraria. Maknanya, me-
                        mori atau ingatan publik masih tetap sama, mengharap
                        kehadiran lembaga ini mengurusi persoalan agraria seba-
                        gaimana pesan UUPA yang  belum terselesaikan, yakni
                        memperbaiki ketimpangan penguasaan tanah. Legalisasi
                        tanah benar perintah UUPA tetapi legalisasi tanah bukan
                        yang utama di dalam penataan tanah untuk menciptakan

                         364
   395   396   397   398   399   400   401   402   403   404   405