Page 397 - Politik Kelembagaan Agraria Indonesia: Jalan Terjal Pembentukan Kelembagaan dan Kebijakan Agraria, 1955-2022
P. 397

Politik Kelembagaan Agraria Indonesia

                          bentukan kelembagaan dan organisasi yang rumit. Satu-
                          satunya hal menguntungkan dalam sejarah panjang kolo-
                          nisasi di bidnag agraria adalah pengetahuan dan penge-
                          lolaan kelembagaan agraria kolonial bisa menjadi bagian
                          dari pengetahuan—sebagian—bangsa Indonesia.  Bagai-
                          mana Belanda mengelola organisasi agrarianya, pemben-
                          tukan hukum, dan  mengelola  hak atas tanah  menjadi
                          bagian dari proses-proses pembentukan hukum agraria
                          Indonesia pasca merdeka. Begitu  juga Indonesia  dapat
                          belajar dari Belanda dalam hal kadaster, karena persoalan
                          kadaster merupakan hal penting di dalam mengatasi hak
                          atas tanah masyarakat.
                              Setelah lebih  kurang 15 tahun merdeka,  Indonesia
                          baru berhasil menyelesaikan UU penting yang menjadi
                          dasar hukum bagi pengelolaan agraria nasional (UUPA).
                          Sialnya, pilihan-pilihan kebijakan untuk menjalankan dan

                          menata persoalan agraria (khususnya landreform) justru
                          menimbulkan  banyak masalah. Konflik dan ketegangan
                          antar warga dibumbui dengan agitasi partai politik men-
                          jadikan situasi semakin memanas. Dalam kondisi tersebut,
                          kelembagaan agraria tidak berhasil menyelesaikan perso-
                          alan yang muncul dan bahkan gagal mengamankan kebi-
                          jakan yang sudah dijalankan. Artinya, kekuatan kelem-
                          bagaan agraria yang dibangun sejak 1955 dengan mudah
                          dibubarkan karena tidak bisa mengendalikan situasi sosial
                          politik, agitasi, dan chaos di pedesaan. Kegagalan tersebut
                          membawa trauma panjang dan menjadi salah satu sebab
                          pilihan-pilihan kebijakan agraria yang diambil kemudian
                          menjadi saling berlawanan, inkonsisten, dan penuh ano-

                                                                             361
   392   393   394   395   396   397   398   399   400   401   402