Page 396 - Politik Kelembagaan Agraria Indonesia: Jalan Terjal Pembentukan Kelembagaan dan Kebijakan Agraria, 1955-2022
P. 396

M. Nazir Salim, Trisnanti Widi R, Diah Retno W.

                        (Eropa, Cina, dan Arab). Tanah jajahan adalah lahan bisnis
                        bagi penjajah  dan perilaku  eksploitasi yang  dilakukan
                        merupakan fakta sejarah kelam yang menyisakan banyak
                        persoalan.
                            Perjalanan panjang pemerintahan kolonial dari satu
                        periode penjajahan ke penjajahan lainnya tetap menun-
                        jukkan tanah sebagai isu krusial yang bisa dimanfaatkan
                        secara cepat. Tanah juga dimanfaatkan oleh pemerintah
                        kolonial untuk membangun basis ekonomi dan membuka
                        pasar secara luas. Dalam praktiknya, politik liberal telah
                        memberi akses luas kepada investor asing untuk meng-
                        eksploitasi Hindia Belanda (Indonesia), begitu juga dengan
                        aturan sistem tanah pertuanan (partikelir) sangat mengun-
                        tungkan bagi penguasa kolonial. Tentu saja yang paling
                        menguntungkan bagi kolonial adalah eksploitasi tanah
                        dalam kerangka  kerja  rodi  yang  menghasilkan  keun-
                        tungan besar bagi Belanda. Belum lagi persoalan pajak
                        tanah yang diterapkan sejak zaman Raffles telah menyita
                        perhatian banyak pihak karena rakyat dipaksa untuk di-
                        pungut pajak melalui para pejabat pribumi yang diman-

                        faatkan oleh penjajah. Dari semua skema pemanfaatan
                        tanah pada periode kolonial, yang terburuk adalah kerja
                        rodi  karena  berakibat  fatal  bagi  masyarakat  pribumi
                        Hindia Belanda.
                            Setelah Indonesia merdeka, persoalan agraria tidak
                        begitu saja bisa diselesaikan dengan mudah, selain butuh
                        waktu lama untuk menuntaskan pembentukan hukum
                        agraria nasional dan menggantikan hukum agraria kolo-
                        nial (Agrarische Wet), tetapi juga karena persoalan pem-

                         360
   391   392   393   394   395   396   397   398   399   400   401