Page 125 - Transformasi Masyarakat Indonesia dan Historiografi Indonesia Modern
P. 125

Djoko Suryo

            jaringan perdaganganya dengan Cina, India, dan kemudian
            dengan orang-orang Barat kemudian menjadi sumber kehidupan
            penting bagi kota kerajaan pantai ini.
                Dalam hubungan ini, hubungan kekuasaan atara pusat kra-
            ton yang ada di kota dan wilayah pinggirannya sangat penting.
            Struktur pemerintahan yang berkembang pada masa itu adalah
            struktur pemerintahan patrimonial. Legitimasi kebudayaan kota
            terpusat pada legitimasi keagamaan raja. Struktur morfologi
            kota pada masa Indonesia lama ini juga dipengaruhi oleh  tradisi
            keagamaan. Tradisi Hinduisme dan Buddhisme yang datang
            dari India memiliki dampak kuat terhadap ritus-ritus dan sim-
            bol-simbol kota, demikian juga tradisi Cina memiliki pengaruh
            luas di berbagai daerah di Indonesia. Demikian juga tradisi
            Budaya Islam sangat kuat dalam memberikan pengaruh terha-
            dap penyusunan tata ruang kota, bangunan-bangunan arsitek-
            tual, dan simbol-simbol kota, seperti yang tercermin dalam sim-
            bol-simbol tempat peribadatan, mesjid, langgar (mushola),
            pakaian, dan tradisi upacara keagamaan.
                Perancanaan kota-kota lama pada dasarnya dilakukan  se-
            suai dengan kondisi dan struktur sosial masyarakatnya. Kraton
            atau istana, tempat kedudukan  raja, memiliki posisi sentral
            dalam perencanaan dan tata kota lama. Secara struktural,  ting-
            gal di istana  dikelilingi oleh  para pembantunya, yang terdiri
            dari para abdi kraton atau pejabat birokrat kraton, para prajurit
            militer, dan para tukang atau undagi, serta kaum literari atau

            Puger, Blater, Probolingga, Besuki, Arosbaya, Blega, Pamekasan, Dayeuh
            Luhur, Ajibarang, Pamerden, Rema, Ayah, Nampadadi, Bocor; di
            Kalimantan: Bandar Brunei, Sambas, Kota Waringin, Banjarmasin,
            Martapura, Pasir dan Kutai, di Indonesia  bagian Timur: Gelgel,
            Karangasem, Buleleng, Sumbawa Besar, Dompu, Bima, Ende, Larantuka,
            Fort Henricus (Solor), Kupang, Atapupu, Lifao, Oekussi, Ulu Siau,
            Tagulandang,  Manado, Tondano, Amurang, Boroko/Kaidipang,
            Gorontalo, Limboto. Leok/Buol,  Toli-Toli, Balangnipa (mandar), Wajo/
            Sengkag,  Watuan Soppeng, Bone/Watampone,  Makassar, Tibore (Muna),
            Buton/Bau-Bau, Hitu, Ambon, dan Fort Overberg (Kayeli), Ibid., hlm. 50.

            104
   120   121   122   123   124   125   126   127   128   129   130