Page 129 - Transformasi Masyarakat Indonesia dan Historiografi Indonesia Modern
P. 129

Djoko Suryo

            bijakan-kebijakan politik Tanam Paksa (Tanam Wajib, 1830-
            1870), kebijakan politik liberal (1870-1900), dan diteruskan
            dengan Politik Etis (1900-1925), telah ikut mempengaruhi per-
            kembangan baru bagi kelahiran kota-kota administrasi pada
            masa kolonial yang dikenal juga sebagai Kota Kolonial atau Kota
                  11
            Indies . Desentralisasi pemerintahan daerah, termasuk juga
            dengan pembentukan pemerintahan Kota Gemeente pada 1905,
            juga merupakan faktor penting bagi perkembangan kota-kota
            pada masa kolonial.
                Menurut konstitusi tahun 1854 wilayah teritorial Hindia
            Belanda terbagi atas wilayah administratif non-otonom yang
            disebut: gewest (wilayah administrratif baik yang dikepalai oleh
            gubernur atau residen), afdeling (bagian wilayah) dikepalai oleh
            asisten residen; kabupaten dikepalai oleh bupati; onderafdeling



                11  Sebagai contoh kota-kota yang lahir pada periode 1700-1900 di
            Indonesia adalah sebagai berikut. Di Sumatra, al: Meulaboh, Sigli, Lhok
            Seumawe, Pidi, Seruwai, Tanjung Pura, Medan, Rantau panjang,Tanjung
            Beringin, Bandar Khalipah, Mesjid, Negerilima, Kota Piang, Labuhan
            Bilkik,  Gunung Sioli, Sibolga, Tarutung, Batang Toru, Padang Sidempuan,
            Portibi, Panyabungan, Kota Nopan, Air bangis, Talu, Rao, Lubuk Sikaping,
            Bonjol, Pale, mbayan, Fort de Kock/Bukit Tinggi, Maninjau, Lunuk basung,
            Kayu Tanam, Padang Panjang, Fort van der Capellen/Batu sangkar, Buo,
            Payakumbuh, Suliki, Kota baru, Sijunjung, Alahan Panjang, Tanjung pan-
            dan, Muara Dua, lahat, Tanjung Raya,  Teluk betung, Sukadana, Kota Agung,
            Kalianda, dsb; di Jawa, al.: Serang, Cilegon, Pandeglang, Caringin,
            Rangkasbitung, Buitenzorg/Bogor, Purwakarta,  Cianjur, Sukabumi, Pacet,
            Bandung, Panjalu, Kuningan, Purwokerto, Purbalingga, Majalengka,
            Banjarnegara, Karanganyar, Kebumen, Kutoarjo, Purworejo, Wonosobo,
            Temanggung, Magelang,  Menoreh, Pengasih,  Wonosari,  Bantul, Sleman,
            Klaten, Boyolali, Sragen, Wonogiri, Ngawi, Jember, Bondowoso,
            Tasikmalaya, Trenggalek, dsb., di Kalimantan, al.: Sandakan, Kuching,
            Singkawang, Montrado, mempawa, Pontianak, Sanggau, ketapang, Sampit
            Kandangan, dsb; dan Indonesia Timur, al.:  Tahuna, Kota mabagu, Donggal,
            Banggai, Majene, Palopo, Rappang, Pinrang, Pare-Pare, Pangkajene, Sinjai,
            Denpasar, Dili, dsb. Lihat Wolf Tietze Helstede & Werner Rutz (eds.),
            op.cit., hlm. 57.

            108
   124   125   126   127   128   129   130   131   132   133   134