Page 126 - Transformasi Masyarakat Indonesia dan Historiografi Indonesia Modern
P. 126

Transformasi Masyarakat Indonesia...

               pujangga, dan  kaum intelektual kota.  Di luar  kota istana terda-
               pat kaum pedagang asing dan petani. Kesemuanya ini meng-
               gambarkan struktur kosmos yang menempatkan raja sebagai
               penjelmaan dewa yang berada di pusat jagad (kerajaan) dan di
               kelilingi oleh rakyat atau kawulanya yang berada di wilayah
               pinggiran. 6
                   Selain peran administrasi pemerintahan, kekuasaan politik,
               pusat perdagangan dan pusat keagamaan, kota-kota lama
               memiliki peran kultural penting yaitu menjadi pusat kehidupan
               politik dan pusat kehidupan intelektual serta pusat kebudayaan
                                                       7
               yang bersifat orthogenetic dan heterogenetic.  Perlu dikemukakan
               bahwa pada periode 1400-1700, peran para pedagang santri-
               pedagang dan pedagang-santri di kota-kota pelabuhan di Nu-
               santara sangat penting. Demikian juga peran para Wali, Ulama
               dan Mubalig dalam penyebaran agama dan kebudayaan Islam
               di Nusanatara. Sebagian besar dari mereka banyak yang ber-
               tempat tingal di kota-kota pelabuhan perdagangan dan kota-
               kota pusat keagamaan, seperti  Giri, yang sangat besar penga-
               ruhnya dalam meciptakan tradisi dan suasana budaya kota-kota
               lama di Indonesia pada masa itu. 8
                   Patut di catat bahwa sesungguhnya kota-kota di Kepulauan
               Nusantara pada periode itu memiliki fungsi strategis dalam di-
               namika kebudayaan di Indonesia. Salah satu di antaranya ialah


                   6  Lihat Peter J.M.  Nas and Welmoct Boender, “The Indonesian City in
               Urban Theory” dalam Peter J.M. Nas (ed.), dalam The Indonesian Town,
               Revisited (Singapore: Institute of Southeast Asian Studies, 2002), hlm.4.
                   7  Secara “orthogenetic” kota  berperan untuk mengembangkan dimensi
               kebudayaan lama secara sistematik dan reflektif dalam masyarakat kota;
               sementara secara heterogenetic kota menjadi pusat penciptaan  cara berpikir
               yang tidak bertentangan dengan kebudayaan lama dan peradaban.  Lihat
               Robert Redfield dan Milton B. Singer, “The Cultural Role of Cities”  dalam
               Economic Development and Cultural Change, 3 (October, 1954), hlm. 53-72.
                   8  Lihat Djoko Suryo, “Commercialization and Pasisir Culture”, dalam
               Humaniora, Buletin Fakultas Sastra Universitas Gadjah Mada, No. III, (1996),
               hlm. 1-11.

                                                                        105
   121   122   123   124   125   126   127   128   129   130   131