Page 263 - Transformasi Masyarakat Indonesia dan Historiografi Indonesia Modern
P. 263
Djoko Suryo
Joko Piturun, Kangjeng Kyai Toyatinaban, dan Kangjeng Kyai Pur-
banial. Adapun yang berupa umbul umbul ada yang bergelar
Kangjeng Kyai Tunggul Wulung. Pusaka yang berupa manuskrip
di antaranya ada yang bergelar Kangjeng Kyai Al-Qur’an, Kangjeng
Kyai Bharatayuda dan Kangjeng Kyai Suryaraja. Pusaka berupa
kereta diberi gelar Kangjeng Kyai Garudhayeksa dan Kangjeng Nyai
Amat. Sementara itu gamelan kraton yang dianggap sebagai pu-
saka antara lain diberi gelar Kangjeng Kyai Gunturmadu dan Kang-
jeng Kyai Nagawilaga.
Kraton Yogyakarta juga memiliki upacara upacara tradi-
sional, yang sebagian di antaranya berkaitan dengan siklus kehi-
dupan manusia, sebagian berkaitan dengan kehidupan sultan,
dan sebagian lainnya lagi berkaitan dengan masalah kemak-
muran rakyat. Beberapa upacara dan tradisi rakyat yang terke-
nal di Kraton Yogyakarta antara lain ialah Upacara Siraman Pusaka
(upacara membersihkan pusaka kraton), Upacara Labuhan dan
Upacara Grebeg Sekaten. Upacara Labuhan, berfungsi sebagai sarana
untuk memelihara hubungan sultan dan penguasa dunia supra-
natural yang tinggal di laut dan di gunung. Upacara Grebeg Sekaten
yang merupakan salah satu jenis upacara keagamaan tradisional
untuk memperingati Hari Maulud Nabi Muhammad SAW, me-
miliki makna sebagai sarana untuk memelihara hubungan sul-
tan dan rakyatnya. Masih banyak jenis upacara upacara lainnya
yang berkaitan dengan sultan seperti Jumenengan (upacara pe-
ringatan naik takhta) dan Tingalan Dalem (peringatan hari ulang
tahun) yang pada setiap waktu diselenggarakan oleh kraton.
5. Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat dikemukakan bahwa Kesultanan
Yogyakarta sebagai bagian dari Kesultanan Melayu Nusantara
kini telah berusia lebih dari 250 tahun, tetapi masih bertahan
hidup sekalipun telah mengalami perubahan-perubahan besar.
Di Indonesia, Kesultanan Yogyakarta boleh dikatakan merupa-
kan satu satunya Kraton Nusantara yang masih berdiri secara
242