Page 64 - Melacak Sejarah Pemikiran Agraria Indonesia Sumbangan Pemikiran Mazhab Bogor
P. 64

Melacak Sejarah Pemikiran Agraria


                   Kedua eksemplar tersebut akan ditempatkan dalam perjala-
               nan panjang sejarah pemikiran pembangunan sosial-ekonomi
               pedesaan di Indonesia.


               B. Tentang Dua Ilmuwan “Mazhab Bogor”
                      Prof. Dr. Ir. Sajogyo, yang dikenal sebagai “Bapak Sosi-
               ologi Pedesaan Indonesia,” semula bernama Kampto Utomo. Ia
               dilahirkan di Karanganyar, Kebumen, 21 Mei 1926. Pada tahun
               1955, ia lulus sarjana IPB. Selang dua tahun, langsung meraih
               Doktor pertanian di bawah promotor Prof. W. F. Wertheim. Ia
               pernah menjabat sebagai Rektor IPB selama setahun (Maret
               1965-1966). 16
                      Pikiran-pikirannya tentang pembangunan pedesaan yang
               selalu memperhatikan lapis terbawah kaum tani, perempuan, dan
               kelembagaan lokal sangat berpengaruh tidak hanya dalam studi
               sosiologi pedesaaan di IPB, tetapi juga di dunia ilmu sosial
               (pedesaan) Indonesia. Di level kebijakan, perhatiannya tentang
               Usaha Peningkatan Gizi Keluarga (UPGK) diadopsi sebagai
               kebijakan posyandu, “taman gizi” ala Orde Baru. Hadirnya ber-
               bagai kerangka kelembagaan itu di desa-desa di Indonesia meng-
               gerakkan aktivitas tidak hanya kesehatan masyarakat tetapi juga
               pangan masyarakat (sebab menyangkut gizi: ketersediaan sumber
               karbohidrat, protein, dan mineral). Begitu juga “garis kemiskinan
               ala Sajogyo” yang didasarkan pada pendapatan “setara beras”
               minimal 240 kg untuk penduduk desa, dan 369 kg untuk pen-
               duduk kota per tahun. Mereka yang pendapatannya di bawah
               angka itu dapat dianggap miskin.
                      Dalam tulisan “semi-otobiografi”-nya, 17  Sajogyo menye-
               butkan bahwa setidaknya ia terlibat di tiga aras kelembagan:
               kampus, nasional, dan kelembagaan masyarakat (Civil Society


                   16  Atas alasan tertentu ia diberhentikan. Dengan persetujuan Menteri
               Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan (PTIP), Dr. Syaref Thayib, ia
               mengundurkan diri.  “Agar IPB tak lebih jauh terpecah, kami mundur saja”,
               demikian jelasnya dalam surat pribadi Sajogyo kepada penulis, 24 Mei 2007.
                   17  Ia menggunakan istilah menuju “profesionalisme baru”, Sajogyo, 2006,
               op.cit., hal. 43-116. Lihat pemetaan karirnya pada uraian Bab V.
                                                                         11
   59   60   61   62   63   64   65   66   67   68   69