Page 82 - Melacak Sejarah Pemikiran Agraria Indonesia Sumbangan Pemikiran Mazhab Bogor
P. 82
Melacak Sejarah Pemikiran Agraria
metode yang diterapkannya dalam sistem administrasi modern
itu mengakibatkan ia mendapat julukan “The Thundering
Marshaal”. 11
Daendels juga menekan hak istimewa kaum feodal,
menghapus pengerahan tenaga kerja paksa, dan penyerahan pak-
sa hasil-hasil produksi ekspor (misal: kapas). Ia mengeluarkan ke-
bijakan tentang larangan penyewaaan tanah desa, tetapi ia me-
ngecualikan desa-desa yang mengusahakan penggilingan gula,
pembuatan garam dan sarang-sarang burung. Dibangunlah Grote
Postweg, sebuah jalan modern yang menghubungkan kota-kota
besar di Pantura. Namun ia juga memperkenalkan cara pembia-
yaan birokrasi negara melalui tanam paksa kopi yang telah sukses
di Priangan.
Dari segi perubahan yang terjadi atas penguasaan tanah,
pembangunan Grote Postweg yang dikenal juga dengan Jalan Pos
Daendels, dilakukan dengan sistem penjatahan pada kabupaten-
kabupaten yang dilewatinya. Bupati-bupati yang daerahnya
terkena kebijakan ini ditugaskan untuk menyerahkan tanah dan
mengerahkan tenaga kerja paksa. Jika penanggung jawab kerja
tidak dapat menyelesaikan tugasnya sesuai target dan waktu
yang ditentukan, mereka terkena ancaman digantung. Kelaparan,
kelelahan, dan penyakit malaria, memakan banyak korban. 12
Jalan Daendels yang panjangnya lebih dari 1000 km itu menjadi
“kuburan terpanjang di dunia” bagi orang-orang yang telah mem-
bangunnya.
Pada masa Daendels, kerajaan-kerajaan yang semula pada
masa VOC dijadikan sekutu, berubah menjadi prefektus, meniru
struktur sosial yang berlaku di Perancis. Dengan diturunkannya
martabat, berbagai aksesori simbol kebesaran dihapuskan. Hal ini
banyak menimbulkan perlawanan. Deandels juga berusaha keras
melakukan pemisahan antara kekuasan negara dan agama. “Rasi-
onalisasi” yang dijalankan dengan “tangan besi” oleh Daendels
11 W. F. Wertheim, Masyarakat Indonesia dalam Transisi, Studi Perubahan
Sosial, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1999 [terjemahan]), hal. 42.
12 Pramoedya Ananta Toer, Jalan Raya Pos, Jalan Daendels (Jakarta: Lentera
Dipantara, 2005), hal. 5-8.
29