Page 196 - Pembentukan Kebijakan Reforma Agraria, 2006-2007 Bunga Rampai Perdebatan
P. 196

Pembentukan Kebijakan Reforma Agraria 2006-2007

               adanya perubahan tersebut sehingga mereka bangkit untuk
               merebut dan mempertahankan hak haknya.
                   Yang sangat perlu diperhatikan tentunya sarana peru-
               bahan yakni hukum yang ingin di teguhkan kembali harus
               dievaluasi ulang baik substansi, pelaksananya maupun
               mereka yang akan terkena perubahan tersebut akan kete-
               patannya  berdasarkan situasi dan kondisi yang sudah sangat
               berbeda dengan masa yang lalu. Misalnya saja apa yang dika-
               takan dalam Jawaban Pemerintah atas Pemandangan umum
               yang diucapkan oleh Menteri Sadjarwo dalam sidang
               DPRGR tanggal 14 September 1960 yang intinya, bahwa
               RUUPA selain akan menumbangkan kemegahan modal
               asing …akan mengakhiri pertikaian antara rakyat dengan
                                                  5
               kaum pengusaha asing dan seterusnya.   Sistem dan Struktur
               Organisasi Peradilan di Indonesia yang tidak mengenal
               Pengadilan Landreform, Obyek Landreform, serta peraturan
               pelaksanaannya yang sudah tidak cocok dengan kondisi dan
               situasi baru. Demikian juga tantangan serta persaingan  glo-
               bal yang tidak seimbang  yang menghadapkan persaingan
               antara petani petani yang diproteksi di negara negara yang
               telah maju dengan petani di negara negara yang sedang ber-
               kembang, sehingga Indonesia semakin menjadi pasar komo-
               ditas pertanian dari negara lain.
                   Selain hal tersebut di atas penggunaan hukum sebagai
               alat rekayasa sosial seringkali mengabaikan kenyataan
               keragaman masyarakat. Misalnya kebutuhan hukum pada



                 4  Bandingkan juga Peters, Recht als Project.
                 5  Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia, Cetakan ke sembilan
               Jambatan, Jakarta, 2003, hal 607.

                                                                  149
   191   192   193   194   195   196   197   198   199   200   201