Page 29 - Pembentukan Kebijakan Reforma Agraria, 2006-2007 Bunga Rampai Perdebatan
P. 29

M. Shohibuddin & M Nazir S. (Penyunting)

            dengan proyek administrasi pertanahan. Program tersebut
            juga tidak berkeinginan kuat untuk merombak ketimpangan
            struktur agraria yang ada dengan memfokuskan pada tanah
            negara dan menghindari tanah-tanah di mana terjadi konflik
            agraria. Lebih lanjut, program tersebut tidak terlepas dari
            kerangka Bank Dunia yang mengarah pada proses liberalisasi
            pertanahan (lihat Bachriadi 2007 untuk uraian yang lebih
            terinci).
                Debat internal di kalangan aktivis gerakan agraria ini
            dan spektrum keragaman pandangan yang ada di dalamnya
            dengan padat telah direkam oleh Nurdin (2007).  Muara
                                                           5
            dari perdebatan ini salah satunya adalah keputusan taktis
            yang diambil oleh satu kelompok gerakan agraria—dalam
            hal ini KPA—untuk melakukan apa yang disebut sebagai
                             6
            “kolaborasi kritis”  bersama BPN di sepanjang proses kebi-
            jakan PPAN: yakni, sejak proses substantif penyusunan
            kebijakannya hingga tahap teknis pelaksanaannya. Nurdin
            mencatat lima langkah penting yang bisa dilakukan gerakan
            agraria melalui strategi “kolaborasi kritis” bersama BPN
            dengan memanfaatkan peluang politik yang disediakan oleh
            kebijakan PPAN ini: (1) melakukan pendataan secara akurat


                5  Tulisan Iwan Nurdin ini dimuat dalam Bagian VI buku ini. Iwan Nurdin
            adalah Koordinator Advokasi Kebijakan, Konsorsium Pembaruan Agraria
                6  Istilah “kolaborasi kritis” ini tidak ditemukan dalam tulisan Nurdin
            (2007), namun ia dipakai luas dalam berbagai diskusi maupun dokumen-
            dokumen yang muncul belakangan untuk menjelaskan pilihan langkah taktis
            semacam ini. Puncak dari strategi “kolaborasi kritis” ini adalah kesediaan
            Ketua Dewan Nasional KPA, Usep Setiawan, diangkat sebagai Staf Khu-
            sus Kepala BPN. Untuk uraian lebih lanjut mengenai strategi “kolaborasi
            kritis” yang dijalankan KPA dan peran khusus Usep Setiawan di dalamnya,
            lihat Rachman (2010).

            xxviii
   24   25   26   27   28   29   30   31   32   33   34