Page 16 - Perjuangan Landreform Masyarakat Perkebunan: Partisipasi Politik, Klaim dan Konflik Agraria
P. 16

4     Tri Chandra Aprianto


            ganti rugi (jual beli), dan enclave namun itu tidak menghapus bahwa
            semua itu diperuntukkan pada akumulasi modal. 7
                Praktek  penyingkiran  dan  perampasan  yang dilakukan  oleh
            lembaga  pemodal besar  yang didukung kebijakan  politik  negara
            (penguasa  agraria) bukanlah  hal yang baru  di Indonesia. Begitu
            pula  dengan  sejarah  ketimpangan  struktur  kepemilikan  agraria  di
            Indonesia  sudah  berlangsung lama, khususnya  pada  saat  hadirnya

            sistem  kolonial, yang mengubah   struktur  agraria  dari yang
            bercirikan tidak padat modal, kurang berorientasi pada pasar karena
            lebih  ke  arah  subsistensi 8  menjadi struktur  agraria  yang ekstraktif
            dan  berorientasi pada  pasar  internasional, berupa  perusahaan
            perkebunan. Kehadiran  pemodal besar  yang melakukan  ekstraksi
            tanah  dalam  bentuk  perusahaan  perkebunan  besar  tidak  saja
            melahirkan ketimpangan kepemilikan tanah, tapi juga menimbulkan
            demoralisasi sosial, karena  adanya  pembelahan  sosial yang sangat







            jelas antara lapisan bawah yaitu golongan     dan
                Dalam  laporan  tersebut, land  grabbing  merupakan  gejala  global
                yang terkait  dengan  promosi bahan  bakar  nabati dan  pangan  untuk


                  lihat   Wulan Pujiriy    ‘Perampasan Tanah


                pada  Abad XXI’, dalam  Tim  Peneliti STPN, Kebijakan, Konlik, dan
                Perjuangan Agraria Indonesia Awal Abad 21Hasil Penelitian Sistematis
                                                   (
                STPN, 2012) (Yogyakarta: PPPM STPN, 2012), hlm. 183. Lihat juga dalam
                Saturnino M. Boras Jr and Jennifer C. Franco, ‘Global Land Grabbing
                and Trajectories of Agrarian Change: a Preliminary Analysis,’ Journal of
                Agrarian Change, Vol. 12. 1. (Januari 2012), hlm. 34-59.
            7   Pemahaman  ini memudahkan  kita  untuk  mengarah  pada  persoalan
                bagaimana  masuknya  modal yang kemudian  merusak  tatanan
                ekonomi masyarakat  tradisional. Pandangan  yang mengutamakan
                bagaimana  bekerjanya  modal ini berpayung pada  konsep  primitive
                accumulation  (akumulasi primitif), yang merupakan  transformasi
                massif  dari sumberdaya  non  modal menjadi modal dalam  sirkuit
                produksi kapitalisme, di satu  pihak; dan  transformasi dari petani
                yang pada gilirannya menuju dibentuknya pekerja atau buruh bebas
                di pihak lain. Noer Fauzi, Petani  dan  Penguasa:  Dinamika  Perjalanan
                Politik Agraria Indonesia (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999), hlm. 4-5.
            8   Sartono Kartodirdjo dan Djoko Suryo, Sejarah Perkebunan di Indonesia;
                Kajian Sosial Ekonomi (Yogyakarta: Aditya Media, 1991), hlm. 15-7.
   11   12   13   14   15   16   17   18   19   20   21