Page 20 - Perjuangan Landreform Masyarakat Perkebunan: Partisipasi Politik, Klaim dan Konflik Agraria
P. 20

8     Tri Chandra Aprianto


            terjadi  di  Jepang,  Taiwan  dan  Korea  Selatan.  Begitu  mengalami
            kalah perang, Jepang dipaksa untuk melaksanakan reforma agraria
            dimana  inisiatif  dan  pelaksanaannya  di  bawah  komando  Jendral
            Douglas  Mac  Arthur  (1880-1964). 22  Kendati begitu  pelaksanaan  di
            Jepang (1948-1951) telah  berhasil meredistribusikan  41 persen  dari
            seluruh  lahan  tanaman  kepada  81 persen  dari jumlah  keluarga



            y  tidak     Sementara untuk Taiwan dan Kor


            Selatan pelaksanaannya didukung oleh lembaga-lembaga keuangan
            internasional,  International  Monetary  Fund  (IMF) yang sengaja
            mendukung negara-negara non-komunis.  Taiwan didukung dalam
                                                  23
            rangka oposisi dengan kekuatan pemerintah Republik Rakyat Cina
            (RRC), sementara  Korea  Selatan  pelaksanaannya  berposisi kontra

            dengan Korea Utar  Pelaksanaan   Taiwan (19  telah ber




            meredistribusi 44 persen dari lahan tanaman kepada kira-kira hampir
            mencapai 95 persen dari jumlah keluarga yang tidak memiliki lahan
            dan Korea Selatan (1950) telah berhasil meredistribusi 44 persen dari
            lahan yang ada kepada 64 persen jumlah keluarga petani. 24
                Strategi pelaksanaan yang lain yaitu yang dilakukan pemerintah
            yang sedang berkuasa  menjalankan  reforma  agraria  dalam  rangka
            memperkuat   posisinya  dan  mereka  mendapat   bantuan  dari


            golongan   dan ditujukan melawan keberadaan kelas




            tanah  seperti yang terjadi di Filipina. Hal itu  dipilih  oleh  Filipina
            karena  para  tuan  tanah  di Filipina  memiliki tanah  yang sangat
            luas, cenderung seperti perkebunan  besar  atau  latifundia  seperti
            22  Ia  adalah  Kepala  Staf  Angkatan  Darat  AS pada  tahun  1930-an  dan
                kemudian berperan penting dalam Perang Dunia II. Pada tahun 1945-
                51 menjadi komandan  pendudukan  di Jepang dan  dianggap  berjasa
                menerapkan berbagai perubahan demokratis.
            23  Lihat Wolf Ladejensky, ‘Too Late to Save Asia?’ in L. Walansky (ed),
                Land Reform as Uninished Business: Selected Papers of Wolf Ladejensky
                (Washington: The World Bank, 1977).
            24  Lihat  pada  R.L. Prosterman  and J.M. Riedinger, Land Reform and
                Democratic Development (Baltimore and London: The Johns Hopkins
                University Press, 1987).
   15   16   17   18   19   20   21   22   23   24   25