Page 25 - Perjuangan Landreform Masyarakat Perkebunan: Partisipasi Politik, Klaim dan Konflik Agraria
P. 25

Perjuangan Landreform Masyarakat Perkebunan  13


              luas dibagikan kepada para penggarap, petani kecil, dan buruh tani.
              Adapun pemiliknya mendapat ganti rugi yang diberikan pemerintah
              dalam bentuk uang bulanan. Kemudian pada tahun 1948 diterapkan
              UU Darurat   No. 13 tahun  1948 yang menetapkan  semua  tanah
              yang sebelumnya  dikuasai oleh  40 perusahaan  gula  di Kesultanan
              Yogyakarta dan Surakarta disediakan untuk petani Indonesia. 38
                  Kendati begitu, terdapat  juga  beragam  praktek  politik  yang

              menghambat    upaya  penataan  ulang sumber-sumber    agraria,





              karena   wacana tersebut tidak berada dalam ranah k


              dan  agency  yang bebas. Hambatan  tersebut  salah  satunya  hadir
              dengan  adanya  Konferensi Meja  Bundar  (KMB) yang isinya  harus
              mengembalikan   semua  aset  milik  pemerintah  kolonial, termasuk
              perkebunan. Pasca  KMB berkembang anggapan   kalau  pemerintah
              lebih  mementingkan  kekuatan  modal asing. Sementara   dalam
              perspektif pemerintah sendiri harus menghormati keputusan KMB
              karena merupakan hasil keputusan internasional. Semua inisiatif dan
              Aktivitas masyarakat perkebunan di tanah-tanah perkebunan harus
              dihentikan. Segera  pemerintah  membentuk  Panitia  Pengembalian
              Perusahaan  Perkebunan  Milik  Asing. 39  Pengembalian  ini lebih
              difokuskan  pada  perkebunan  pegunungan, karena  perkebunan
              tanah datar dengan perusahaannya telah lebih dulu diserahkan pada
              pemilik awalnya. 40



              38  Lihat Selo Soemardjan, ‘Land Reform in Indonesia’, Asian Survey, I, No.
                  12, (1962), hlm. 23-30.
              39  Di  Jawa  Timur  terdapat  264  perusahaan  perkebunan  yang  harus
                  dikembalikan kepada pihak asing. Sampai dengan tahun 1952 sebanyak
                  153 perkebunan telah kembali menjadi milik asing. Sementara terdapat
                  40 perkebunan yang baru mendapat ijin sehingga belum bisa diambil,
                  sedangkan 71 perkebunan sisanya belum mendapat ijin untuk diambil
                  kembali. Laporan Djawatan Penerangan Republik Indonesia Propinsi
                  Djawa Timur, Propinsi, hlm. 330-40.
              40  Di wilayah Karesidenan Besuki terdapat 128 perkebunan yang sudah
                  dikembalikan ke pihak asing. Ironisnya pengembalian tersebut tanpa
                  syarat  apapun.  Laporan  Djawatan  Penerangan  Republik  Indonesia
                  Propinsi Djawa Timur, Propinsi, hlm. 425-6.
   20   21   22   23   24   25   26   27   28   29   30