Page 27 - Perjuangan Landreform Masyarakat Perkebunan: Partisipasi Politik, Klaim dan Konflik Agraria
P. 27

Perjuangan Landreform Masyarakat Perkebunan  15


              Pada  saat  itu  kekuatan  militer  Indonesia  sudah  mulai memainkan
              imajinasi ekonomi dan politik dalam rangka masuk dan menguasai
              sistem  ekonomi perkebunan. Akibat  peranan  militer  yang begitu
              dominan   pasca  pengambilalihan  berdampak   pada  penguatan
              peranan ekonomi negara. 44
                  Selanjutnya  pada  periode  1960-66, partisipasi masyarakat
              perkebunan  dalam  upaya  penataan  ulang atas  sumber-sumber

              agraria di Indonesia menemukan basis legitimasi hukumnya dengan
              hadirnya Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) No. 5 tahun 1960.
              Segera setelah itu dengan gegap gempita semua kekuatan masyarakat
                                                                          45
              perkebunan   mendesakkan    pelaksanan   agenda  landreform.
              Landreform bukanlah wacana yang bermakna tunggal. Begitu juga
              dengan  para  aktornya  yang memberi makna  dan  memperebutkan




              wacana t  Termasuk dalam praksis politikny  masing-





                kelompok berupaya   makna atas wacana t
              Bahkan  ada  yang memberi makna     harus  segera  dilaksanakan
              karena pelaksanaan oleh birokrasi pemerintah berjalan lambat dan
              ditambah penyediaan data subjek penerima manfaat dan objek tanah
              tidak  memadai. Pada  level tertentu  terdapat  praksis  politik  lain
              yang menghambat   jalannya  landreform  di Indonesia. Oleh  sebab
              itu  berlakulah  aksi sepihak  yang dilakukan  oleh  PKI dan  berbagai
              or  y  ber  kepadany  hingga akhirnya melahir







              konlik-konlik   daerah pedesaan dan perk  Akibat adany




              banyak k  akhirnya program y  bersifat populis t

              tidak berjalan mulus.
                  Konlik berdarah tidak terhindarkan, hingga akhirnya terjadilah
              tragedi kemanusiaan  1965-66. Sejak  saat  itulah  gagasan  reforma
              44  Bondan Kanumoyoso, Nasionalisasi Perusahaan Belanda di Indonesia
                  (Jakarta: Sinar Harapan, 2001), hlm. 103.
              45  Termasuk ada seorang Panglima TNI yang menuliskan soal pentingnya
                  agenda reforma agraria di Indonesia, lihat Kol. Soeharjo, Tanah, Rakjat,
                  dan Tentara, (Jakarta: Pentja, 1962).
   22   23   24   25   26   27   28   29   30   31   32