Page 31 - Perjuangan Landreform Masyarakat Perkebunan: Partisipasi Politik, Klaim dan Konflik Agraria
P. 31

Perjuangan Landreform Masyarakat Perkebunan  19


                  Batasan tematis. Secara spesiik kajian ini ingin melihat reforma
              agraria di wilayah perkebunan. Ini membutuhkan kerja pemikiran
              tersendiri,  mengingat  perkebunan  memiliki   kaitan  dengan
              sektor  ekonomi yang lebih  luas, tidak  sebatas  ekonomi keluarga.
              Sebagaimana disebutkan pada latar belakang, reforma agraria adalah
                                       51
              satu agenda politik negara.  Kendati begitu dalam pelaksanaannya
                                                         52
              tidak bisa meninggalkan partisipasi masyarakat.  Dengan demikian
              fokus yang dibidik dalam tulisan ini adalah partisipasi masyarakat
              perkebunan.

                  Batasan  spasial. Adapun  fokus  tempat  penelitian  ini terletak

                wilayah Jember 53  yang merupakan  salah  satu  kota  perkebunan
              y  terletak   Pulau Jawa.   54  Pada  era  pemerintahan  Hindia


              Belanda  berbagai ondermening   bertebaran  di Jember, dengan


                                                         55
              produk  utamanya  adalah  tanaman  tembakau.   Peta   bawah
              51  Termasuk  di Indonesia  dalam  sejarahnya  sudah  ada  upaya  legislasi
                  sejak tahun 1948 hingga lahir Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA)
                  1960.  Untuk  memperdalam  lebih  lanjut  bisa  dilihat  pada  Gunawan
                  Wiradi, Reforma Agraria: Perjalanan Yang Belum Berakhir (Yogyakarta:
                  Insist Press, 2000).
              52  J.P. Powelson and R. Stock (eds), The Peasants Betrayed: Agriculture
                  and Land Reform in the Third World (Boston: Oelgeshlager, Gunn &
                  Hain, 1987).
              53  Kota yang terletak di Jawa Timur bagian timur, lebih lanjut lihat pada
                  Edy Burhan Ariin, “Emas hijau” di Jember: Asal-usul, Pertumbuhan
                  dan Pengaruhnya dalam Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat 1860-
                  1980’, Tesis S2, Fakultas-Sastra UGM, 1989.
              54  Studi tentang Jember sebagai kota perkebunan dapat dilihat pada Tri
                  Chandra aprianto, ‘Kota dan Kapitalisme Perkebunan: Jember Dalam
                  Perubahan  Zaman  1900-1970’,  dalam  Freek  Colombijn  (dkk),  Kota
                  Lama Kota Baru; Sejarah Kota-kota di Indonesia (Yogyakarta: Ombak,
                  2005), hlm. 359-83.
              55  Jember sebagai daerah perkebunan tembakau tak terbantahkan. Luas
                  areal produksi tembakau Besuki na-oogst per tahun antara tahun 1959-
                  94 rata-rata 15.342 ha. Areal tersebut sebagain besar tersebar di wilayah
                  Kabupaten Jember dan sebagian lain di Kabupaten Bondowoso, atau
                  sekitar 20 % dari total areal produksi tembakau di seluruh Indonesia.
                  Dari areal produksi tembakau  Besuki Na-Oogst  seluas  itu  sebagian
                  besar  merupakan  usaha  petani (perkebunan  rakyat), sebagian
   26   27   28   29   30   31   32   33   34   35   36