Page 181 - Perjuangan Landreform Masyarakat Perkebunan: Partisipasi Politik, Klaim dan Konflik Agraria
P. 181

Perjuangan Landreform Masyarakat Perkebunan  169


                  Khusus  tahun  1953, Sarbupri mengangkat  tema  pengangguran
              dan  setengah  pengangguran  masyarakat  di sektor  pertanian,
              perkebunan, dan kehutanan sangat tinggi. Dalam sebuah resolusinya
              Sarbupri menyatakan hal itu karena berdasar atas beberapa indikasi:
              (i) selalu  merosotnya  tingkat  penghidupan  rakyat; (ii) keadaan
              ondervoeding  yang permanen, serta  timbulnja  hongeroedem  dan
              kelaparan  serta  kemiskinan; (iii) selalu  berkurangnya  daya  beli
              rakyat; (iv) keadaan onderkonsumsi (beras) di kalangan rakyat; (v)
              banyak  tenaga  kerja  murah; (vi) merajalelanya  sistem  ijon, wuke,
              dan lain-lain yang mengakibatkan bertambah cepatnya konsentrasi
              tanah  yang jatuh  ke  tangan  tuan  tanah; (vii) banyaknya  pelacuran
              dan terganggunya ketentraman umum. 87

                  Berdasarkan  atas  berbagai  persoalan  di  atas  Sarbupri




              menawarkan tiga program kerja untuk masalah y


              masyarakat pertanian di Indonesia. Pertama, untuk masalah tanah
              setidaknya ada empat hal yang dituntutkan: (i) tanah-tanah bekas
              onderneming  yang sudah  dikerjakan  oleh  rakyat, (ii) tanah-tanah
              kehutanan yang sudah dikerjakan oleh rakyat sejak jaman Belanda
              dan  Jepang, (iii) penukaran  tanah-tanah  kehutanan  yang baik
              untuk  pertanian  dengan  tanah-tanah  pertanian  kurus, (iv) tanah-
              tanah persediaan onderneming yang tidak dikerjakan. Kedua, untuk
              masalah  sewa  tanah  Sarbupri  menuntut  uang  persewaan  tanah

              kepada onderneming-onderneming yang sesuai dengan hasil apabila
              tanah itu ditanami oleh kaum tani, dan ditambah dengan kerugian-
              kerugian  lainnya. Ketiga, untuk  masalah  pengangguran  Sarbupri
              memiliki tiga tuntutan: (i) tersedianya lapangan pekerjaan baru dan


              87  Menurut data dari kantor penempatan tenaga di Indonesia berhubung
                  kesempatan  kerja  tidak  bertambah  tetapi terus  berkurang terdapat
                  sekurangnya pada tahun 1952 ada 5 juta orang menganggur, ditambah
                  lagi, akibat penambahan jumlah penduduk yang itu mendorong adanya
                  urbanisasi ke kota untuk mencari kerja, lebih kurang sebanyak 10 juta
                  orang. Sehingga berdasarkan perhitungan ini jumlah pengangguran di
                  Indonesia kala itu berkisar antara 15 juta. Lihat pada Berita Organisasi
                  Sabupri, No. 16 Th-I, Djuli 1953, halaman 53-5.
   176   177   178   179   180   181   182   183   184   185   186