Page 212 - Perjuangan Landreform Masyarakat Perkebunan: Partisipasi Politik, Klaim dan Konflik Agraria
P. 212

200   Tri Chandra Aprianto


            warga Belanda itu yang berpindah dari tempatnya. Setelah proses
            aksi pengambilalihan  dan  pendudukan  tersebut  semua  aset  milik
            Belanda tersebut diserahkan ke pemerintah daerah, dengan harapan
            dapat menyelesaikan persoalan tersebut. 24
                Hal  yang  sama  juga  terjadi  di  wilayah-wilayah  perkebunan,
            dimana massa aksi ambil alih tidak melakukan tindakan perusakan
            terhadap  barang-barang yang ada  di tempat  itu. Peralatan  kantor,

            meja, kursi, dan  perabotan  lainnya  tidak  ada  yang mengalami
            kerusakan. Massa  aksi tugasnya  hanya  melakukan  aksi dan  orasi,
            sementara  urusan  atas  keberadaan  aset  dikerjakan  oleh  tim  lain.





            Termasuk tidak ada kekerasan dalam   isik terhadap orang-or


            Belanda  (pihak  pengusaha  dan  administratur  perusahaan) yang


            masih     wilayah perkebunan tersebut.   25

                Berbeda  dengan  yang terjadi di Jember, aksi ambil alih  yang
            dilakukan  di satu  perusahaan  perkebunan  di daerah  Kabupaten

            Bondowoso  prosesnya diaw  dengan mengumpulkan


            buruh perusahaan perkebunannya di perusahaan mereka. Ini terjadi
            di perusahaan milik Besoeki Tabak Maatcappij (BTM) di Taman Sari,
            Bondowoso. Seluruh buruhnya dikumpulkan di kantor pusat BTM,
            sambil mendengarkan orasi-orasi dari organisasi buruh yang sedang
            melakukan  aksi ambil alih. Tidak  hanya  dari kalangan  organisasi
            buruh, salah seorang panitia aksi ambil alih daerah juga melakukan
            orasi tentang aksi ambil alih tersebut, yaitu Supangat yang kelak di
            kemudian hari menjadi Direktur di BTM. Supangat menjelaskan telah
            terjadi proses penyerahan perusahaan perkebunan dari pemerintah
            Belanda  ke  pihak  Indonesia. Selain  itu, dalam  orasinya  Supangat
            juga  menjelaskan  proses  penyerahan  itu  tidak  serta  merta  begitu
            saja, karena  yang terjadi sesungguhnya  Indonesia  telah  membayar
            ganti rugi kepada pemilik perusahaan perkebunan. Ini bukan ambil


            24  Wawancara Kusdari tanggal 10 Juni 2004. Wawancara Sumargo, 1 dan 2
                Juni 2004. Wawancara Sahid, 8 Juni 2004.

            25  Wawancara Kusdari tanggal 10 Juni 2004.
   207   208   209   210   211   212   213   214   215   216   217