Page 184 - Seluk Beluk Masalah Agraria : Reforma Agraria dan Penelitian Agraria
P. 184
Seluk Beluk Masalah Agraria
kekuatan dan kemampuan kaum tani justru berfungsi sebagai
“dongkrak”, sebagai pendorong yang kuat, untuk menggerak-
kan peran aktif dari pemerintah.
Untuk dapat mewujudkan peran sebagai pendongkrak (by
leverage) ini, maka organisasi tani/rakyat haruslah kuat dan
mandiri. Bukan saja secara kuantitatif, tetapi juga secara ku-
alitatif. Artinya, secara kuantitatif jumlah massa petani itu
harus cukup besar. Sedangkan secara kualitatif, organisasi tani
itu harus cukup solid. Artinya, harus terbangun solidaritas
yang tinggi. Perbedaan-perbedaan kecil untuk sementara harus
dikesampingkan, demi kepentingan bersama yang lebih besar,
yaitu mampu melakukan proses tawar menawar untuk men-
dongkrak kebijakan yang pro-rakyat.
Per definisi, proses tawar-menawar pada hakikatnya me-
rupakan sebuah proses “information-check” (Jennifer Alexan-
der, 1987). Saling menduga sejauh manakah lawan memiliki
informasi. Karena itu, siapa yang memiliki informasi lebih
banyak dan lebih baik, dia yang akan menang di dalam tawar-
menawar itu. Untuk itu, agar peran sebagai dongkrak dan pen-
dorong itu dapat lebih efektif, diperlukan langkah-langkah
konkret, antara lain dengan menjajaki kemungkinan berkem-
bangnya inisiatif dan peluang untuk melakukan Reforma
Agraria tingkat lokal. Hal ini bukanlah hal yang mudah. Bebe-
rapa hal berikut ini perlu diperhatikan:
1. Sikap penguasa lokal harus diketahui secara pasti.
2. Peta perimbangan antara yang pro dan anti reform harus
diketahui. Jika terlalu tidak seimbang, janganlah dipaksa-
kan melainkan harus dibangun dulu kesadaran secara
persuasif dan damai.
147