Page 216 - Problem Agraria, Sistem Tenurial Adat, dan Body of Knowledge Ilmu Agraria- Pertanahan (Hasil Penelitian Sistematis STPN 2015)
P. 216
I Gusti Nyoman Guntur, Dwi Wulan Titik Andari, Mujiati
198
Pola pemukiman masyarakat Dayak biasanya mengikuti alur sungai
dan menghadap ke sungai. Bentuk rumah umumnya berupa panggung
yang panjang (disebut Lamin dan Betang) agar dapat menampung banyak
orang, aman dari serangan binatang buas dan banjir (karena rumah adat
dekat dengan sungai).
Agama yang dianut oleh masyarakat suku Dayak yaitu Islam,
Kristen, Budha, dan Hindu Kaharingan. Kepercayaan yang dianut oleh
masyarakat Dayak pada awalnya adalah “Hindu Kaharingan” yang berarti
“air kehidupan” (Koentjaraningrat, 1990). Suku Dayak yang beragama
Hindu Kaharingan memiliki upacara kematian yang disebut Tiwah. Ritual
ini bertujuan untuk meluruskan perjalanan roh atau arwah menuju Lewu
Tatau (sorga) sehingga bisa hidup tentram dan damai di alam Sang Kuasa.
Selain itu, Tiwah juga dimaksudkan sebagai prosesi untuk melepas Rutas
atau kesialan bagi keluarga almarhum yang ditinggalkan dari pengaruh-
pengaruh buruk yang menimpa. Bagi Suku Dayak, sebuah proses kematian
perlu dilanjutkan dengan ritual lanjutan (penyempurnaan/pemakaman
skunder) agar tidak mengganggu kenyamanan dan ketentraman orang
yang masih hidup.
Sejak awal kehidupannya, orang Dayak telah memiliki keyakinan
yang asli yaitu Kaharingan menjadi dasar adat istiadat dan budaya. Agama
Kaharingan hingga saat ini masih dianut oleh sebagian besar orang Dayak,
walau pada kenyataannya, tidak sedikit yang telah menganut agama Islam,
Kristen, dan Katholik. Demikian pula tidak semua penduduk pedalaman
Kalimantan adalah orang Dayak, karena telah berbaur dengan penduduk
dari berbagai suku akibat perkawinan dan berbagai sebab lain. Tradisi lama
dalam hidup keseharian masih melekat erat dalam bahasa, prilaku, simbol,
ritual, serta gaya hidup, serta sistem nilai dan pandangan dalam memaknai
kehidupan.
Dalam melangsungkan dan mempertahankan kehidupan orang Dayak
tidak dapat dipisahkan dengan hutan. Hutan yang berada di sekelilingnya,
merupakan bagian dari kehidupan dan dalam memenuhi kebutuhan
hidup sangat tergantung dari hasil hutan. Hutan merupakan kawasan yang
menyatu dengan kehidupannya sebagai ekosistem, dan menjadi kawasan
habitatnya secara turun temurun. Bahkan hutan adalah bagian dari hidup
secara holistik dan mentradisi hingga kini. Kawasan hutan yang telah
dikuasai secara de facto dimanfaatkan sebagai sumber-sumber kehidupan
pokok.