Page 221 - Problem Agraria, Sistem Tenurial Adat, dan Body of Knowledge Ilmu Agraria- Pertanahan (Hasil Penelitian Sistematis STPN 2015)
P. 221
Pengakuan Penguasaan dan Pemanfaatan Tanah dalam ... 203
menurut musimnya, maka orang lain bisa mendesaknya supaya memilih:
mengerjakan terus atau menyerahkan tanahnya kepadanya. Jadi tuntutan
pemilikan hak milik ini lenyap sama sekali bilamana ada lain orang sesama
anggota yang menginginkannya dan mendesak dia memilih satu antara
kedua pilihan itu”.
Berdasarkan tahapan proses pertumbuhan hak atas tanah di atas,
dapat ditafsirkan bahwa pada awalnya semua tanah (hutan rimba/alami)
yang belum ada kegiatan atau aktifitas pengolahan oleh masyarakat
hukum adat, merupakan hutan ulayat (atau dengan istilah yang beragam,
sebagaimana bahasan selanjutnya) yang penguasaannya dilakukan
oleh ketua adat setempat. Dalam hal ini, semua anggota persekutuan
mempunyai hak (wenang pilih) yang sama untuk memanfaatkan hutan
dimaksud secara bersama-sama. Kemudian, jika ada seorang atau
kelompok anggota masyarakat hukum adat yang ingin menggarap hutan
secara individu, dengan terlebih dahulu minta ijin kepada penguasa (ketua)
adat dengan persyaratan tertentu. Hal itulah yang dimaksudkan dengan
hak mendahului, sehingga tertutup kemungkinan bagi warga lain untuk
menggarap tanah dimaksud. Umumnya pada sekeliling bidang tanah yang
telah dipilih dipasang tanda-tanda tertentu. Lokasi tanah (hutan) yang
telah dipilih oleh warga baik perorangan atau keluarga maupun berupa
kelompok, hakekatnya yang mempunyai kewenangan pertama (prioritas)
untuk membuka tanah (hutan) tersebut. Sebelum operasional pembukaan
hutan primer, dilakukan ritual adat yang disebut Manyanggar dan Mamapas
Lewu atau Nyari Umo . Manyanggar yaitu upacara adat dalam pembukaan
5
6
hutan baru. Makna ritual ini merupakan kepedulian dan kehati-hatian
dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam. Mamapas Lewu
merupakan kegiatan membersihkan/mensucikan, yaitu memulihkan
keseimbangan hubungan antar manusia dan hubungan manusia dengan
alam.
5 Wawancara dengan ibu Mardiyah, tanggal 11 Juni 2015
6 Nyari umo adalah upacara adat Melayu dari orang-orang Suku Dayak Kadori
yang dilakukan ketika membuka ladang baru di hutan (membuka hutan)
untuk ditanami padi. Ritual yang merupakan warisan leluhur ini mengandung
nilai positif, salah satunya yaitu sebagai bentuk tindakan untuk menjaga
keseimbangan alam. Dalam upacara adat ini, digelar juga ritus nyanyian
hikayat padi berupa lantunan bait-bait syair yang mencerminkan kegigihan
orang Kadori dalam bekerja. (http://m.melayuonline.com/ ind/literature/
dig/2713/nyari-umo-ritual-membuka-ladang-suku-melayu-dayak-kadori-
kalimantan-tengah);