Page 224 - Problem Agraria, Sistem Tenurial Adat, dan Body of Knowledge Ilmu Agraria- Pertanahan (Hasil Penelitian Sistematis STPN 2015)
P. 224

I Gusti Nyoman Guntur, Dwi Wulan Titik Andari, Mujiati
            206

                Pewarisan,  merupakan pola penguasaan  tanah  yang  terjadi  karena
            adanya pewarisan, dilakukan oleh pewaris kepada ahli waris secara adat.
            Sistem kekerabatan yang dianut suku Dayak adalah bilineal, yaitu menarik
            garis keturunan dari pihak ayah dan ibu, dan dalam sistem pewarisan tidak
            membedakan antara anak  lelaki dan  perempuan.  Kedudukan anak  laki-
            laki sama dengan perempuan, maka pembagian berupa waris sama. Bila
            orang  tua  merasa perlu,  harta  kekayaan,  tanah, dan  kebun sudah dapat
            ditentukan lebih dahulu. Kerukunan dan musyawarah adalah merupakan
            kekayaan sebagian besar keluarga Dayak, dimana keadilan sangat dijunjung
            tinggi.


            B.  Pola Pemanfaatan Tanah Adat Dayak

                Sebagian  besar  masyarakat  Dayak  bermukim  di  dataran  rendah,
            daerah  pinggiran  sungai dan  daerah  alluvial.  Bagi  masyarakat  Dayak,
            sungai, tanah, dan hutan merupakan bagian yang terpenting dari identitas
            sebagai seorang Dayak. Pandangan yang sama juga tercermin dalam pola
            penggunaan  tanah masyarakat Dayak  dalam  ekosistem  hutan  tempat
            tinggalnya. Tanah bukan hanya sebagai sumberdaya ekonomi, namun juga
            merupakan basis untuk kegiatan budaya, sosial, politik dan spiritual. Secara
            tradisional dan turun temurun, warga desa menguasai dan memanfaatkan
            tanah  di  sekitarnya  untuk berusahatani  dan memungut hasil  hutan.
            Penguasaan dan pemanfaatan tanah ini dapat bersifat perorangan dan juga
            dapat bersifat komunal. Pola pemanfaatan dan penguasaan tanah tersebut
            diakui dalam konteks lokal tradisional, tetapi tidak secara hukum formal.
                Bentuk  hukum  penguasaan  tanah  oleh  masyarakat  adat  umumnya
            dikenal  dengan  ”hak  ulayat”,  merupakan  istilah  yang  digunakan  secara
            formal,  namun  istilah  yang  digunakan  pada  setiap  etnik  sesungguhnya
            berbeda-beda. Dalam bahasa hukum maupun ilmiah, istilah ”tanah ulayat”
            selalu digunakan  untuk  menyebut  tanah-tanah  yang dikuasai  menurut
            hukum adat  pada  suatu etnik  tertentu.  Hak  masyarakat atas  tanah  ini
            menurut suku Dayak Tobak dikenal dengan nama “Hak Binua”. Sedangkan
            pada  suku Dayak Benuaq menurut  Widjono   mengklasifikasikan  hutan
                                                   10
            menjadi  6 katagori berdasarkan  fugsinya  yaitu:  a.  Talutn  Luatn yaitu
            hutan belantara yang tidak mencangkup daerah – daerah milik kelompok;



            10   Widjono dalam Maunati, Yekti. 2004. Identitas Dayak Komudifikasi dan Politik
                Kebudayaan: LkiS Yogyakarta, hal. 80 – 81.
   219   220   221   222   223   224   225   226   227   228   229