Page 226 - Problem Agraria, Sistem Tenurial Adat, dan Body of Knowledge Ilmu Agraria- Pertanahan (Hasil Penelitian Sistematis STPN 2015)
P. 226

I Gusti Nyoman Guntur, Dwi Wulan Titik Andari, Mujiati
            208

            hasil-hasil hutan non kayu seperti damar, gemor, jelutung, rotan, pantung,
            tempat berladang dan berburu. Wilayah tersebut dapat pula disebut sebagai
            wilayah pemanfaatan masyarakat atau wilayah kerja yang berada kurang lebih
            5 km dari kiri-kanan tempat pemukiman penduduk. 2) Kaleka, yaitu tempat
            pemukiman leluhur masyarakat adat yang sudah menjadi hutan dan dianggap
            keramat serta diakui sebagai tanah adat yang bersifat komunal. 3) Pahewan/
            Tajahan, yaitu kawasan hutan yang dianggap keramat oleh masyarakat dan
            tidak boleh diganggu. Mereka yang mengganggu kawasan tersebut dianggap
            melanggar pali dan akan sakit atau kesulitan dalam kehidupan pada masa
            yang akan datang.  4)  Sepan, yaitu  tempat  berkumpulnya  satwa  dalam
            kawasan hutan tertentu, karena tempat tersebut mengeluarkan air hangat
            yang mengandung garam mineral dan disenangi oleh para satwa. Kawasan
            tersebut juga dianggap keramat oleh penduduk dan tidak boleh diganggu.
            5) Situs-situs budaya  yang berada  dalam kawasan hutan  atau kawasan
            pemanfaatan masyarakat yang masih memiliki keterkaitan secara emosional
            dan merupakan identitas suatu masyarakat adat seperti  Sandung, Pantar,
            dan  Sapundu.  Berdasarkan  jenis-jenis  tanah adat  yang diuraikan di atas,
            dapat diketahui pola pemanfaatan tanahnya menjadi dua kelompok besar
            yaitu: hutan dan ladang (serta kebun).

            1.  Pemanfaatan Tanah secara Alami

                Pemanfaatan tanah untuk hutan berupa hutan belantara atau hutan
            untuk berburu, mengumpulkan hasil hutan dan sumber bahan bangunan
            rumah, yang keduanya merupakan hutan alami, tidak ada usaha masyarakat
            setempat untuk  mengolah  tanahnya.  Tujuan utama pemanfaatan  hutan
            dimaksud adalah untuk  menjaga  kelestarian-keberlanjutan pemanfaatan
            bagi generasi-genarasi mendatang. Pemanfaatan  untuk hutan belantara,
            merupakan konsep  yang  relevan  dengan kegiatan konservasi. Kawasan
            hutan rimba  (Talutn  Luatn atau  Tajahan  Antang,  Petak  Kaleka,  Petak
            Keramat dan Pukung Himba) dengan ciri-ciri berhutan lebat dan berumur
            tua  dengan  diameter  vegetasi kayu  relatif  sangat besar, belum banyak
            terjamah  oleh  masyarakat,  dan  dihuni oleh  satwa  liar  terkesan  sangat
            angker dipercaya  sebagai  tempat  yang disenangi  roh-roh  halus,  tempat
            upacara sakral  (manajah  antang).  Hutan rimba  ini  dicadangkan untuk
            tidak ditebang atau dieksploitasi karena fungsinya sebagai perlindungan
            dan pengawetan keanekaragaman hayati.
                Disamping hutan belantara terdapat juga hutan (Simpukng Brahatn
            dan Simpukng Ramuuq atau Sepan Pahewan, atau Petak Rutas) merupakan
   221   222   223   224   225   226   227   228   229   230   231