Page 231 - Problem Agraria, Sistem Tenurial Adat, dan Body of Knowledge Ilmu Agraria- Pertanahan (Hasil Penelitian Sistematis STPN 2015)
P. 231

Pengakuan Penguasaan dan Pemanfaatan Tanah dalam ...  213


              persekutuan masyarakat adat Dayak, perlu dikaji secara lebih mendalam,
              karena bentuk-bentuk unit sosial masyarakat Dayak terdapat 2 kelompok
              yaitu:
              a.  Pengelompokan    berdasarkan  suku.  Masyarakat  Adat   yang
                  mendominasi pulau Borneo, identik dengan suku Dayak yang terbagi
                  dalam rumpun-rumpun atau sub suku yang tergolong dalam sebutan
                  Dayak Besar. Menurut  seorang  antropologi  J.U. Lontaan,  dalam
                  bukunya Hukum Adat dan Adat Istiadat Kalimantan Barat, di seluruh
                  Kalimantan  terdapat 405  sub  suku kecil. Persamaan  dan kebiasaan
                  mengatur semua aspek sosial dalam  tantanan  tata  ruang sepanjang
                  aliran sungai,  terbentuk sub suku  kecil  masyarakat  Dayak seperti:
                  Ngaju, Iban,  Mualang,  Kanayatn,  Benuaq  dan  sebagainya.  Adanya
                  berbagai  suku Dayak  ini, berarti juga  terdapat  plurarisme hukum
                  Dayak,  dimana  setiap  suku Dayak mempunyai  adat  yang berbeda
                  dalam hal menjalankan aktivitas termasuk masalah pengelolaan tanah
                  adat, sehingga hukum adat yang mana yang harus digunakan?
              b.  Pengelompokan masyarakat Dayak menyesuaikan  dengan  struktur
                  administrasi pemerintahan. Peraturan Daerah (Perda) Provinsi Kalteng
                  Nomor 16 Tahun 2008 tentang Kelembagaan Adat Dayak merupakan
                  pengganti dari Peraturan Daerah Provinsi Kalteng Nomor 14 Tahun
                  1998  tentang Kedamangan  di Provinsi Daerah  Tingkat I Kalteng.
                  Perda Kalteng No. 16  Tahun 2008  mengatur keberadaan lembaga-
                  lembaga adat baik yang telah tumbuh di dalam masyarakat maupun
                  lembaga adat yang dibentuk pada berbagai jenjang sesuai dengan level
                  administrasi pemerintahan .
                                         14

                  Lembaga adat Dayak di dalam Perda tersebut bersifat berjenjang mulai
              dari tingkat nasional sampai dengan tingkat desa yang memiliki hubungan
              hierarki  dan koordinasi, mengikuti  tingkatan  dari level  pemerintahan.
              Berawal  dari hasil  Musyawarah Nasional  II  Dewan  Adat Dayak  se-
              Kalimantan tanggal 2-5 September 2006 di Pontianak, terbentuk Anggaran



              14   Hal  ini  disadari  sebagaimana  disebutkan  dalam  Pasal  1  angka  18  Perda
                  Kelembagaan  Adat Dayak  yang menyebutkan bahwa: “Kelembagaan  Adat
                  Dayak adalah organisasi kemasyarakatan, baik yang sengaja dibentuk maupun
                  yang secara wajar telah tumbuh dan berkembang bersamaan dengan sejarah
                  Masyarakat  Adat  Dayak dengan wilayah  hukum adatnya,  serta  berhak
                  dan berwenang  untuk mengatur,  mengurus  dan  menyelesaikan berbagai
                  permasalahan kehidupan dengan mengacu kepada adat-istiadat, kebiasaan-
                  kebiasaan dan hukum adat Dayak.”
   226   227   228   229   230   231   232   233   234   235   236