Page 236 - Problem Agraria, Sistem Tenurial Adat, dan Body of Knowledge Ilmu Agraria- Pertanahan (Hasil Penelitian Sistematis STPN 2015)
P. 236

I Gusti Nyoman Guntur, Dwi Wulan Titik Andari, Mujiati
            218

            contoh  pada  Lampiran  2)  sedangkan  SKTA  yang  dibuat  oleh  Damang
                                                                           20
            (lihat contoh pada Lampiran 3). Adanya dua model alat bukti penguasaan
            yaitu SKT  dan SKTA  tersebut  tentunya  akan membingungkan bagi
            masyarakat adat Dayak. Apalagi SKTA belum diakui sebagai alas hak oleh
            otoritas pertanahan, tetapi yang diakui adalah SKT yang dibuat pemimpin
            formal  (Kepala  Desa  atau  Kelurahan  yang  diketahui  oleh  Camat)  yang
            berlaku sebelumnya . Demikian juga dalam hal pengelolaan tanah-tanah
                             21
            adat, disatu sisi Damang Kepala Adat memiliki wewenang mengelola hak-
            hak  adat  dan/atau harta kekayaan Kedamangan  untuk meningkatkan
            kemajuan dan taraf hidup masyarakat ke arah yang lebih layak dan lebih
            baik, namun disisi lain pemerintah daerah dapat mengeluarkan izin-izin
            usaha di wilayah  kelola adat, sehingga  masyarakat adat  kesulitan  untuk
            mempertahankan harta kekayaan adat.




































            20  Berdasarkan  Peraturan Gubernur Kalteng No. 13  Tahun 2009 jo. Peraturan
                Gubernur Kalteng No. 4 Tahun 2012 tanah-tanah yang dikuasai secara individu
                dapat  dimohonkan SKTA melalui Damang. Syarat  penerbitan SKTA  oleh
                Damang didahului dengan survei  lapang, pengecekan  batas-batas, cek fisik
                (diukur) oleh Mantir (3 orang) serta tidak ada sengketa.
            21   Wawancara dengan Kepala Kantor Pertanahan Kota Palangkaraya, tanggal 10
                Juni 2015.
   231   232   233   234   235   236   237   238   239   240   241