Page 225 - Problem Agraria, Sistem Tenurial Adat, dan Body of Knowledge Ilmu Agraria- Pertanahan (Hasil Penelitian Sistematis STPN 2015)
P. 225
Pengakuan Penguasaan dan Pemanfaatan Tanah dalam ... 207
b. Simpukng Brahatn yaitu hutan yang digunakan untuk berburu dan
mengumpulkan hasil – hasil hutan kecuali kayu; c. Simpukng Ramuuq yaitu
hutan yang menyediakan sumber – sumber bahan bangunan untuk rumah
dan pembangunan desa; d. Simpukng Umpaq Tautn yaitu hutan yang
digunakan sebagai ladang; e. Simpukng dukuh yaitu hutan yang digunakan
untuk bidang – bidang kebun; f. Simpukng Munan yaitu tanah yang semula
digunakan ladang, tetapi sekarang digunakan untuk menanam pohon dan
buah – buahan dan tanam – tanam keras lainnya. Hasil penelitian Tias
Vidawati menemukan jenis-jenis tanah adat pada masyarakat suku Dayak
11
Tobak yang merupakan milik perseorangan, keluarga dan persekutuan
adalah: Tanah Wakaf, Tanah Tembawang, Rimba, Meh/huma/ladang
munggu, dan Jamin. Sedang Agustin Teras Narang menyatakan bahwa
12
jenis-jenis hak adat suku Dayak di atas tanah meliputi: Tajahan Antang,
Petak Kaleka, Petak Keramat, Petak Rutas, Sepan Pahewan dan Pukung
Himba.
Disamping itu, terdapat istilah (lokal) lainnya dalam pemanfaatan tanah
masyarakat seperti: 1) Eka Malan manan Satiar yaitu wilayah tempat mencari
11 Menurut Tias Vidawati, 2009, Peranan Kepala Adat Dalam Penyelesaian
Sengketa Tanah (Studi Kasus pada Suku Dayak Tobak Desa Tebang Benua
Kecamatan Tayan Hilir Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat), Tesis, UNDIP,
Semarang, dinyatakan bahwa jenis-jenis tanah adat adalah: a) Tanah Wakaf,
berupa tanah pekuburan, tembawang tua, dan sebagainya, dimiliki oleh banyak
orang yang umumnya diperuntukan bagi kepentingan umum masyarakat adat
setempat; b) Tanah Tembawang, merupakan tanah yang diperuntukan bagi
tanaman, buah-buahan yang dimiliki oleh keluarga atau orang-orang yang
memiliki hubungan keluarga sampai pada garis keturunan tertentu, guna
mengambil manfaat untuk dikonsumsi dan tidak boleh untuk dijual; c) Rimba,
merupakan hutan tutupan masyarakat adat yang tidak boleh diganggu karena
merupakan hutan cagar yang didalamnya terdapat tempat-tempat keramat
yang diyakini oleh masyarakat setempat sebagai tempat tinggal roh-roh halus,
oleh karena itu hutan tersebut harus tetap lestari dan yang terpenting adalah
agar adanya keseimbangan antara mahluk yang terdiam di alam ghaib dan
yang berdiam di alam lahir. Walaupun berlaku ketentuan ketentuan adat
yang ketat tersebut terhadap hutan rimba ini masyarakat Hukum Adat dapat
memanfaatkan kayu bagi kepentingan kampung atau persekutuan, asalkan
didasarkan pada kesepakatan kampong; d) Meh/huma/ ladang munggu.
Meh biasanya ditanami padi dan tanaman sayur-mayur. Huma/ladang paya/
sawah hanya ditanami padi dan; e) Jamin merupakan tanah bekas ladang yang
ditanami kembali dalam kurun waktu 1-2 tahun, maksudnya supaya kadar
humus tanah tersebut kembali semula.
12 Agustin Teras Narang dalam Stevie Vebria Lisma, 2014, Tinjauan Pelaksanaan
Peraturan Gubernur Kalteng Nomor 13/2009 tentang Tanah Adat dan Hak-Hak
Adat di atas Tanah di Kecamatan Bukit Batu, Kota Palangkaraya, Universitas
Palangkaraya, Fakultas Hukum, Skripsi.