Page 140 - (New Flip) Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
P. 140
Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
menyampaikan salam terahir: “Wij sluiten nu.Vaarwel, tot betere tijden.
Leve de Koningin!” yang artinya,: “Kami tutup siaran ini sekarang,
selamat berpisah, sampai berjumpa kembali di waktu yang lebih baik.
Hidup Sri Ratu!”
Pemerintah Pendudukan Militer Jepang membagi wilayah bekas
jajahan Hindia Belanda menjadi tiga daerah pemerintahan.
Pemerintahan Militer Angkatan Darat Keduapuluh Lima meliputi
Sumatera yang pusatnya berkedudukan di Bukittinggi, Sumatera Barat.
Pemerintahan Militer Angkatan Darat Keenam Belas meliputi Jawa dan
Madura yang pusatnya berkedudukan di Jakarta. Pemerintahan Militer
Angkatan Laut Armada Selatan Kedua meliputi Pulau Sulawesi,
Kalimantan, dan Maluku, yang berpusat di Makassar.
Susunan pemerintahan militer Jepang terdiri dari Gunseireikan
(panglima tentara) dengan Saiko Syikikan sebagai pucuk pimpinannya
dan Gunseikan (kepala pemerintahan militer). Panglima Tentara Keenam
Belas di Pulau Jawa Letnan Jenderal Hitosyi Imamura dan Kepala Staf
Mayor Jenderal Seizaburo Okasaki, ditugaskan membentuk
pemerintahan militer di Jawa. Koordinator pemerintahan militer disebut
Gunseibu yang dibentuk di Bandung, Jawa Barat, Semarang di Jawa
Tengah dan Surabaya, Jawa Timur.
3.4. Merangkul Pejabat Pribumi dan Kaum Pergerakan
Setiap Gunseibu ditempatkan beberapa komandan militer yang
bertugas untuk memelihara ketertiban, keamanan, dan membentuk
pemerintahan setempat. Sebagian besar pegawainya diangkat dari
kalangan bangsa Indonesia. Langkah ini dilakukan, selain Jepang
kekurangan pegawai dari bangsa Jepang, juga untuk merangkul putra-
putri Indonesia agar mendukung Jepang.
Karena itu, Gubernur Jawa Barat Kolonel Matsui dibantu oleh
Wakil Gubernur R. Pandu Suradiningrat dan pembantu Wakil Guberrnur
Atik Suardi. Pada 29 April 1942, Gubernur Matsui mengangkat
7
beberapa orang menjadi residen. R. Adipati Aria Hilman Djajadiningrat
sebagai Residen Banten yang berkedudukan di Serang, R.A.A.
Sujadjajanegara sebagai Residen Bogor, R.A.A. Wiranatakusumah
sebagai Residen Priangan berkedudukan di Bandung, Pangeran Aria
Suriadi sebagai Residen Cirebon, R.A.A. Surjo sebagai Residen
128