Page 145 - (New Flip) Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
P. 145
Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Sambas Sujana, dan Odas Sumadilaga. Beberapa anggota Gerakan
24
Angkatan Muda Bandung direkrut sebagai pegawai Kantor Berita
Domei, seperti A.Z. Palindih.
3.6. Kekecewaan Kaum Pergerakan
Sikap manis Jepang terhadap bangsa Indonesia hanya
berlangsung dua tahun. Selebihnya yang tinggal setahun setengah,
dinilai lebih terasa pahitnya. Bahkan di Bekasi, keakraban antara
“saudara tua” dengan “saudara muda” hanya berlangsung dua pekan.
Pada awalnya, Jepang mengizinkan penduduk mengibarkan bendera
Merah-Putih dan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Jepang juga
memerintahkan penduduk untuk melakukan pengedoran atau
penjarahan terhadap toko-toko milik pedagang Cina.
Namun, selang satu pekan militer Jepang mengeluarkan
larangan pengibaran bendera Merah-Putih dan menyanyikan lagu
Indonesia Raya. Sebagai gantinya, mereka memerintahkan seluruh
rakyat Bekasi untuk mengibarkan bendera Jepang, Hinomaru, dan lagu
25
kebangsaan Jepang, Kimigayo.
Untuk menertibkan sitasi dan kondisi secara cepat, Jepang
mengumpulkan ribuan penduduk di alun-alun, depan tangsi polisi
Bekasi. Di sana, Jepang memancung salah seorang penduduk Teluk
Pucung bernama Mahbub. Dia dihukum tanpa diadili dengan tuduhan
sebagai mata-mata Belanda. Cara ini cukup efektif untuk menciptakan
26
rasa takut penduduk Bekasi terhadap tentara Jepang.
Upaya Jepang merekrut para ulama tidak sepenuhnya diterima
oleh ulama Jawa Barat. Pada titik tertentu terjadi pergesekan nilai yang
subsansial. Sebagai contoh, dalam proses seikeirei atau membungkuk
menghadap matahari pagi dinilai tentara Jepang sebagai tanda hormat
kepada Dewa Matahari. Sedangkan bagi para ulama, hormat terhadap
matahari sama juga dengan mensekutukan Allah Subhanahu Wataala
atau perbuatan syrik. Karena itu, sebagian tokoh Islam menarik diri dari
kerja sama dengan Jepang, baik secara terang-terangan maupun
diplomasi. Kegagalan panen yang luas pada tahun 1944 memperburuk
keadaan dan menimbulkan gelombang protes dari petani, disebabkan
oleh keputusasaan secara meluas dan terbuka terhadap pemerintahan
militer Jepang. Pada 25 Februari 1944 para petani di Singaparna,
133