Page 146 - (New Flip) Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
P. 146
Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Tasikmalaya memberontak di bawah pimpinan Ajengan Haji Zenal
27
Mustafa, pemimpin pondok Pesantren Sukamanah.
Penentangan terang-terangan juga dilakukan oleh Ajengan Haji
Madriyas dan Haji Kartiwa di Indramayu. Sedangkan ulama yang
28
menolak secara diplomatis diantaranya Guru Noer Alie di Bekasi. Dia
melakukan seikeirei kalau di depan tentara Jepang, itu pun hanya
29
sebagai taktik belaka.
Pembangunan sarana dan prasarana di Jawa Barat, seperti
benteng bertahanan (jinchi), jalan raya, lapangan terbang,
menggunakan tenaga muda. Memang, pada mulanya tugas-tugas
romusha tersebut bersifat suka rela untuk kemakmuran Asia Timur Raya.
Namun, dalam perjalanannya mereka diperlakukan Jepang dengan cara-
cara yang kasar, memberatkan, dan penuh paksaan. Beribu-ribu
romusha dikirim ke luar Indonesia, seperti Burma, Muangthai, Vietnam,
dan Malaya. Mereka diperlakukan sangat buruk. Kesehatan tidak
30
terjamin, makanan tidak cukup, dan pekerjaan sangat berat; semua itu
menyebabkan banyak romusha yang meninggal di tempat kerja.
31
Hal yang sama juga bisa dilihat pada pembentukan tonarigumi
atau rukun tetangga di desa-desa Jawa di Barat. Pada awalnya, desa
dibentuk untuk meningkatkan bantuan masyarakat kepada usaha
perang Jepang, namun kenyataanya menjadi basis mobilisasi
penyerahan hasil panen. Rakyat Jawa Barat juga dibuat resah, karena
tidak lama setelah penduduan militer Jepang, kain dan pakaian lenyap
dari pasaran. Kalau pun ada, dijual secara sembunyi-sembunyi dengan
harga yang tinggi. Akibatnya, banyak masyarakat yang mengenakan
pakaian dari bahan lembaran karet dan kain goni.
Kecewaan mendera kaum muda, baik yang berprofesi sebagai
pegawai pemerintah, wartawan, seniman, guru, pedagang, dan lain-
lain. Kelompok-kelompok pemuda yang tidak resmi muncul di Kota
Bandung. Kegiatan mereka dilakukan secara diam-diam. Jumlah
kelompok tersebut, walaupun dibandingkan dengan jumlah penduduk
dan luasnya kota, jelas terlalu kecil, tetapi kegiatan mereka mempunyai
32
konsekwensi yang luas bagi perjuangan kemerdekaan.
Kepala Kantor Inspeksi Pajak Jawa Barat, Sjafruddin
Prawiranegara, dalam biografinya mengatakan bahwa kekejaman
Jepang tidak bisa dibiarkan terus-menerus dan harus berakhir serta
bangsa Indonesia harus merdeka. Secepatnya, bagaimana pun
134