Page 143 - (New Flip) Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
P. 143
Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
terletak di alam terbuka yang berlatar belakang desa-desa dan
16
perbukitan. Udaranya lebih jernih dibanding dengan udara kota.
Angkatan pertama latihan Hizbullah, awal 1945, diikuti oleh
150 pemuda yang dikirim dari tiap keresidenan di seluruh Jawa dan
17
Madura, masing-masing lima orang pemuda. Setiap pesantren juga
diminta mengirimkan lima orang santrinya untuk dilatih di
Cibarusah. Latihan berlangsung selama enam bulan di bawah
bimbingan opsir Jepang, Katen Yanagawa, yang sebelumnya juga
melatih PETA. Hingga menjelang proklamasi kemerdekaan, jumlah
18
anggota Hizbullah diperkirakan 50 ribu orang.
19
Pusat latihan Hizbullah dikelola oleh Markas Tertinggi Hizbullah
yang dipimpin oleh Zainal Arifin, Konsul Nahdlatul Ulama Jakarta.
Anggota yang lain Abdul Mukti, Konsul Muhammadiyah Madiun,
Ahmad Fathoni, Muhammad Syahid, Amir Fattah, Prawoto
Mangkusasmito, dan KH Mukhtar. Sementara penanggungjawab politik
ada di tangan KH A. Wahid Hasyim yang didampingi oleh K.H. Abdul
Wahab Hasbullah, Ki Bagus Hadikusumo, KH Masykur, dan Mr.
Mohammad Roem, serta Anwar Tjokroaminoto. Sebagai sekretaris
pribadi KH A. Wahid Hasyim, Saifuddin Zuhri, melakukan tugas
penghubung dengan Markas Tertinggi Hizbullah di Cibarusah.
20
Para pemimpin agama juga diberi kesempatan menjadi kepala
daerah. Di tingkat pemerintahan pusat, golongan Islam memperoleh
pula kesempatan yang luas, seperti di dalam badan Cuo Sangi In
maupun Shu Sangi Kai. Salah seorang ulama Cirebon, Ajengan A.
Halim, menjadi wakil ulama di Cuo Sangi In.
3.5. Mendongkrak Cira dengan Media Massa
Pemerintah Pendudukan Jepang berkeinginan segara mendapat
dukungan dari rakyat Indonesia. Untuk itu, mereka berusaha
membentuk opini publik guna mendongkrak pencitraan, dengan
membentuk barisan propaganda yang disebut Sendenbu. Caranya
dengan mengambil alih media massa, merekrut wartawan, penulis,
penyair, dan seniman. Saat itu, di Bandung ada empat surat kabar
berbahasa Inggris dan Sunda, yakni Nicork Express, Sipatahunan, Sinar
Pasundan, dan Sepakat. Agar pemberitaannya seragam dan mendukung
program Jepang, keempat pemilik dan pengelola surat kabar tersebut
131