Page 165 - (New Flip) Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
P. 165
Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Indonesia sudah merdeka. Presiden dan Wakil Presiden Sukrno-Hatta
dilantik PPKI pada 18 Agustus 1945, namun siapa yang berwenang
menangani kantor-kantor pemerintah di daerah? Apakah aparat
pemerintah yang ditunjuk Jepang, seperti kepala desa, asisten wedana?
Apakah mereka perlu ditaati atau langsung diganti sesuai pilihan
rakyat?
Indonesia pun memasuki masa kekosongan kekuasaan (vacuum
of power): pemerintah lama (Jepang) telah runtuh, sementara
pemerintahan baru (RI) masih sangat lemah. Proklamasi juga ditafsirkan
berbeda-beda. Ada yang menafsirkan rakyat harus segera mendukung
pemerintah, tetapi ada yang menafsirkan boleh bertindak bebas
merdeka. Perkembangan pun berbeda-beda. Ada wilayah yang relatif
aman, namun tidak sedikit yang dilanda kekacauan, kekerasan,
penjarahan, bahkan pembunuhan massal, karena tidak ada kekuatan
117
yang mampu mengatur pemerintahan.
Sebelum membentuk pemerintahan, para pemuda Bogor
merebut kekuasan dari tangan Jepang pada 19 Agustus. Ketika itu para
pemuda yang dipimpin R. Ijok Mohamad Sirodj meminta pemerintah
pendudukan Jepang menyerahkan Gedung Bogor Shucokan
(Keresidenan) dan mengibarkan bendera merah putih untuk
menggantikan bendera Jepang, Hinomaru. Permintaan itu diluluskan
118
Jepang. Keesokan harinya, 20 Agustus 1945, bendera merah putih
dikibarkan dan Gedung Shucohan diduduki. Di hari yang sama, para
pemuda pejuang dan pemimpin rakyat mengadakan rapat untuk
menyusun pemerintahan. Hasilnya, mereka sepakat menunjuk
pemerintahan baru dengan R Ijok M. Sirodz sebagai Residen Bogor,
R.A.A. Surjanegara sebagai Bupati Bogor, R. Odang menjadi Wali Kota
Bogor, dan R Sukardi sebagai Bupati Sukabumi dan Cianjur. Juga
ditunjuk sebagai Kepala Kepolisian Kabupaten Bogor adalah Enoch
119
Danubrata dan Hartono sebagai Kepala Kepolisian Kota Bogor.
Di Cirebon, anggota PETA di Arjawinangun, Nasuha,
memperoleh berita proklamasi dari siaran radio di kantor Kewedanaan
120
Arjawinangun pada 17 Agustus. Nasuha lantas menyampaikan kabar
proklamasi melalui sambungan telepon kepada aparat pemerintah dan
teman-temannya di sejumlah kecamatan di Kewedanaan Arjawinangun.
Dari kecamatan-kecamatan berita itu disebarkan ke seluruh pelosok desa
dan kampung oleh para opas kecamatan. Bersama dengan itu,
121
153