Page 229 - (New Flip) Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
P. 229
Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Kisah percintaan juga menjadi bagian dari cerita Ambarawa.
Kedaulatan Rakjat tanggal 12 Desember 1945, misalnya, memuat surat
cinta seorang pemuda Yogyakarta kepada kekasihnya. Surat yang sudah
kena air dan lumpur sehingga nyaris tidak bisa dibaca itu berisi
permintaan untuk diizinkan bertempur di Ambarawa.
…sarehne ing Ambarawa wektoe saiki lagi ono pertempoeran kang ora
ana pedote antar Indonesia lawan Inggris, NICA, Gurca, lan mata2
moesoeh, moelane jen adik lego atimoe mas arep meloe bertempoer,
dari itoe Adik setoedjoe ataoe tidak, djika tidak mas djoega tidak
berangkat. pramilo njoewoen wangsoelan, koe toenggoe2 lo dik
77
wangsoelanmu. Mas kang toehoe tresna .
4.16. Semarang
Pertempuran di Semarang berawal ketika Mayor Kido Sinichiro
menolak menyerahkan senjata pada perundingan tanggal 13 Oktober
1945. Penolakan penyerahan Jepang itu dilatarbelakangi oleh beberapa
sebab. Pertama, senjata merupakan alat yang harus ada untuk
melaksanakan perintah angkatan bersenjata sekutu, yang menentukan
hidup dan mati Jepang. Kedua, kehilangan senjata dapat
membahayakan eksistensi. Ketiga, senjata merupakan benda suci,
lambang loyalitas, karena diserahkan oleh kaisar. Di lain sisi, bagi pihak
Indonesia, penyerahan senjata dimaknai sebagai simbol penyerahan hak
78
dan kekuasaan .
Penolakan Mayor Kido menyerahkan senjata direspon dengan
penahanan seluruh orang Jepang dan Belanda di sana. Tidak hanaya itu,
tersiar pula kabar jika orang-orang Indonesia mulai merampas senjata
dan membunuhi tawanan. Berbagai kabar itu memancing kemarahan
Mayor Kido. Dan kemarahan pasukan itu semakin memuncak seiring
dengan kabar penangkapan Jenderal Nakamura, Panglima Tentara
Jepang Jawa Tengah yang bermaskas di Magelang.
Pada tanggal 15 Oktober 1945 terjadi pertempuran antara
kelompok pemuda dengan tentara Jepang pimpinan Mayor Kido.
Gambaran akan permulaan pertempuran itu antara lain direkam oleh
Hang Bing Siong sebagaimana dituturkannya berikut ini.
Saya menulis di buku harian saya bahwa pada tengah malam,
pergantian dari tanggal 14-15 Oktober, kami dibangunkan oleh suara
217